REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi pandemi Covid-19 dalam beberapa bulan belakangan membuat para promotor musik beradaptasi dalam menyelenggarakan konser yang digelar secara virtual. Anas Syahrul Alimi selaku founder Rajawali Indonesia, yang sukses menggelar event Prambanan Jazz Virtual Festival mengatakan, menyelenggarakan konser atau pertunjukan musik secara virtual memiliki sejumlah tantangan tersendiri.
"Kendala kemarin cuaca, tapi di situ kami melakukan improvisasi dan harus cepat ambil keputusan," kata Anas Syahrul Alimi dalam acara virtual Contact Music and Entertainment Week (End), Ahad (15/11).
Tak hanya itu, Anas juga sempat menemui masalah terkait koneksi internet dalam acara yang digelar di kompleks Candi Prambanan, Yogyakarta, selama dua hari tersebut. "Hari pertama sempat terkendala koneksi, kami pakai dua link. Hari kedua clear karena sudah ketemu masalahnya," ujar Anas.
Keputusan Anas untuk tetap menyelenggarakan Prambanan Jazz secara virtual lantaran sebagai promotor dia tak ingin memerah terhadap kondisi agar industri kreatif Indonesia tetap dapat berjalan. "Jadi mau tidak mau harus adaptasi dengan kondisi ini, makanya kami putuskan Prambanan Jaz 2020 tetap jalan," ujarnya.
Hal senada diungkapkan Dewi Gontha selaku President Director of PT Java Festival Production, yang beberapa kali menggelar konser secara virtual. Menurut dia, tidak ada masalah dari sisi produksi. "Tapi kan kalau kami ngejar penonton seluruh Indonesia, koneksi internet setiap daerah berbeda-beda. Jadi kalau mau kasih kualitas terbaik tergantung koneksi di masing-masing daerah mereka menonton," ujar Dewi.
Dia tak menampik, pengalaman yang dihadirkan dalam menonton konser secara virtual berbeda dengan datang langsung ke lokasi. Namun menggelar konser secara virtual saat ini menjadi upaya agar para pelaku di industri kreatif juga dapat bertahan.
"Kalau kami lihat data pada April itu pekerja industri kreatif yang terkena imbas pandemi ini kira-kira 200 ribuan orang yang enggak bisa kerja," ujar Dewi.