Senin 16 Nov 2020 09:59 WIB

Studi: Virus Corona Sudah Ada di Italia Sejak September 2019

Covid-19 kemungkinan menyebar keluar China lebih awal dari perkiraan sebelumnya.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Reiny Dwinanda
  Warga berjalan di area Navigli, saat gelombang kedua pandemi Covid-19, di Milan, Italia, (14/11). Lombardy berada di zona merah dengan tingkat pembatasan tertinggi.
Foto: EPA
Warga berjalan di area Navigli, saat gelombang kedua pandemi Covid-19, di Milan, Italia, (14/11). Lombardy berada di zona merah dengan tingkat pembatasan tertinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Virus corona tipe baru, SARS-CoV-2, telah beredar di Italia sejak September 2019 menurut sebuah studi oleh National Cancer Institute (INT) Kota Milan, Italia. Ini menandakan bahwa Covid-19 mungkin telah menyebar keluar China lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, SARS-CoV-2 berikut penyakit Covid-19 yang ditimbulkannya tidak diketahui sebelum wabah pertama kali dilaporkan di Wuhan, di China tengah, pada bulan Desember 2019. Sementara itu, pasien Covid-19 pertama Italia terdeteksi pada 21 Februari 2020 di sebuah kota kecil dekat Milan, di wilayah utara Lombardy.

Baca Juga

Temuan terbaru para peneliti Italia, yang diterbitkan oleh majalah ilmiah INT Tumori Journal, menunjukkan bahwa 11,6 persen dari 959 sukarelawan sehat yang terdaftar dalam uji coba skrining kanker paru antara September 2019 hingga Maret 2020 telah mengembangkan antibodi virus corona jauh sebelum Februari 2020.

Tes antibodi SARS-CoV-2 spesifik lebih lanjut dilakukan oleh Universitas Siena untuk penelitian yang sama berjudul "Deteksi tak terduga dari antibodi SARS-CoV-2 pada periode pra-pandemi di Italia". Menurut salah satu peneliti, Giovanni Apolone, ini menunjukkan bahwa empat kasus pada pekan pertama Oktober juga positif untuk antibodi yang menetralkan virus, yang berarti mereka telah terinfeksi pada September.

“Ini adalah temuan utama: orang tanpa gejala tidak hanya menjadi positif setelah tes serologis tetapi juga memiliki antibodi yang mampu membunuh virus,” kata Giovanni Apolone, rekan penulis studi tersebut dilansir Reuters, Senin (16/11).

Artinya, SARS-CoV-2 bisa beredar di masyarakat dalam waktu lama dan dengan tingkat kematian yang rendah, bukan untuk menghilang, tapi hanya melonjak lagi.

Peneliti Italia mengatakan pada bulan Maret bahwa mereka melaporkan jumlah kasus pneumonia dan flu parah yang lebih tinggi dari biasanya di Lombardy pada kuartal terakhir 2019. Ini merupakan tanda bahwa virus corona baru mungkin telah beredar lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.

Sementara itu, pada Juli 2020, sebuah studi yang dipimpin oleh Carlo Federico Perno dari Milan University menunjukkan strain (galur) SARS-CoV-2 yang pertama kali menyebar di Lombardy tidak berasal dari China. Perno menganalisis seluruh urutan genom yang berasal dari 371 sampel darah pasien dan menemukan perubahan gen di wilayah tersebut antara Februari hingga April 2020.

Dari sana, diketahui adanya varian SARS-CoV-2 yang ada di negara-negara Eropa, seperti Belanda, Swiss, dan Prancis, tetapi jarang terdeteksi di China.  Studi tersebut menemukan bahwa galur virus di Lombardy berasal dari dua garis keturunan yang terpisah, masing-masing memainkan peran dominan di beberapa provinsi di Italia.

Tetapi, virus di Lombardy tidak mengandung galur virus yang diisolasi pada bulan-bulan pertama wabah di China. Para peneliti mengungkap ada kemungkinan apa yang disebut dengan ‘perkenalan ganda’ dari virus corona jenis baru ke wilayah Lombardy.

Jenis strain ini kemudian membentuk kelompok yang relatif terisolasi di daerah yang berbeda. Virus diperkirakan berasal dari Eropa Tengah, di mana strain dengan mutasi serupa telah terdeteksi. Penelitian mensinyalir bahwa strain ini mungkin telah memasuki Italia pada pertengahan Januari, satu bulan sebelum kasus Covid-19 pertama ditemukan di Codogno, Lombardy pada 20 Februari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement