REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa mendorong Kabupaten Bondowoso bisa mengembangkan badan usaha milik daerah (BUMD) maupun trading house Kopi. Apalagi kabupaten ini dikenal sebagai Republik Kopinya Indonesia.
Menurut Khofifah, melalui BUMD dan trading house kopi tersebut, Kabupaten Bondowoso bisa menentukan stabilisasi harga kopi. Sehingga harga kopi di daerah setempat tidak lagi ditentukan pihak lain.
“Jadi bagaimana maksimalisasi dari kinerja BUMD termasuk SDM di dalamnya. Kalau resi gudangnya bisa dimaksimalkan sampai tahap berikutnya ada trading house. Ini sudah advance jika sampai trading house,” kata Khofifah melalui siaran tertulisnya, Senin (16/11).
Khofifah pun meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bondowoso menyiapkan kelembagaan dan menginventarisasi sumber daya manusianya sesuai tuntutan saat ini. Hal tersebut bisa dilakukan dengan mengundang tokoh-tokoh penting asal Bondowoso untuk kembali ke Bondowoso mengembangkan BUMD dan trading house kopi tersebut.
“Orang-orang pintar dari Bondowoso yang sekarang ini sudah sukses diundang ke Bondowoso. Mereka dikumpulkan diminta akses SDM yang bisa mengelola BUMD Kopi di Bondowoso secara lebih advance. Diperkuat juga jejaring pasar pascapanen, olahan, dan kemasan," ujar Khofifah.
Khofifah berpendapat, Bondowoso bisa menjadi daerah utama penghasil kopi, jika rencana terssbut dijalankan. Saat ini, kata Khofifah, untuk Jatim produksi kopi Bondowoso memang masih berada di peringkat empat setelah Banyuwangi, Jember, dan Malang.
Khofifah menambahkan, pengembangan kopi di Bondowoso juga bisa dilakukan dengan akses penanaman atau ekstensifikasi dan intensifikasi. Untuk mendukung kapasitas produksi kopi di Bondowoso, Pemprov Jatim juga memberikan bantuan sebanyak 100 ribu batang bibit kopi, dan 20 ribu kilo gram pupuk organik.