Selasa 17 Nov 2020 07:00 WIB

Yuk, Memilih tanpa Berselisih

Ajang pemilihan diharapkan sebagai alat pemersatu untuk bangkit dari keterpurukan.

Pemilu menjadi ajang masyarakat untuk berkumpul, selain menyalurkan hak pilih sekaligus ajang silaturahmi antar warga, baik di masa kampanye maupun hari pemilihan. Seyogyanya, warga yang berkumpul dan bersilaturahmi ini menjaga keguyuban warga negara karena disatukan dalam momen pemilihan serentak. Memilih kepala daerah tanpa harus saling berselisih.
Foto: istimewa
Pemilu menjadi ajang masyarakat untuk berkumpul, selain menyalurkan hak pilih sekaligus ajang silaturahmi antar warga, baik di masa kampanye maupun hari pemilihan. Seyogyanya, warga yang berkumpul dan bersilaturahmi ini menjaga keguyuban warga negara karena disatukan dalam momen pemilihan serentak. Memilih kepala daerah tanpa harus saling berselisih.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pemilu menjadi ajang masyarakat untuk berkumpul, selain menyalurkan hak pilih sekaligus ajang silaturahmi antar warga, baik di masa kampanye maupun hari pemilihan. Seyogyanya, warga yang berkumpul dan bersilaturahmi ini menjaga keguyuban warga negara karena disatukan dalam momen pemilihan serentak. Memilih kepala daerah tanpa harus saling berselisih.

Dirjen IKP Kominfo Prof. Dr. Widodo Muktiyo menghimbau agar masyarakat saling berkolaborasi dalam menjaga iklim politik lokal tetap damai dengan cara mencegah terjadinya hal-hal yang dapat merugikan keguyuban warga negara selama Pemilihan. Perbedaan pandangan politik atau pilihan menurutnya merupakan hal yang biasa dalam demokrasi. Menurutnya, siapapun yang terpilih sebagai kepala daerah merupakan pilihan masyarakat dan produk dari demokrasi sehingga harus dihargai dan diapresiasi. 

"Pemimpin yang lahir itu adalah refleksi dari yang dipimpin, cerminan dari masyarakat. Mari kita menggunakan hak pilih kita agar mendapat pemimpin yang sesuai dengan keinginan kita. Jadilah pemilih yang cerdas, pemilih yang sehat dan pemilih yang damai, agar kita selalu guyub sebagai warga negara," ujarnya.

Belajar dari pengalaman Pemilihan Serentak 2017 dan Pemilu 2019, kondisi sosial masyarakat sempat tegang dan terjadi polarisasi akibat perbedaan pandangan politik. Berita bohong (hoaks), ujaran kebencian, dan saling menjelek-jelekkan satu sama lain banyak bermunculan baik di media sosial maupun di dunia nyata. Masyarakat sejatinya melihat ajang pemilihan sebagai sebuah proses demokrasi untuk memperkuat legitimasi bangsa.  

Selama ini masyarakat sudah direpotkan dengan permasalahan pandemi Covid-19 yang mengganggu seluruh sendi kehidupan. Ajang Pemilihan diharapkan sebagai alat pemersatu dan momen bagi masyarakat untuk bergotong royong bangkit kembali dari keterpurukan di masa pandemi. Momen Pemilihan Serentak 2020 dijadikan ajang untuk memilih pemimpin yang memiliki legitimasi untuk membawa perubahan ke arah yang lebih baik, mampu menjalankan pemerintahan di masa recovery  pasca pandemi nantinya.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement