Senin 16 Nov 2020 22:10 WIB

Beda Mayoritas Muslim Indonesia dan Non-Muslim Negara Lain

Mayoritas Muslim Indonesia dan mayoritas non-Muslim negara lain berbeda

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Mayoritas Muslim Indonesia dan mayoritas non-Muslim negara lain berbeda. Kerukunan Beragama (Ilustrasi)
Foto: Republika/Mardiah
Mayoritas Muslim Indonesia dan mayoritas non-Muslim negara lain berbeda. Kerukunan Beragama (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhyidin Junaidi menyampaikan, Indonesia merupakan negara dengan toleransi beragama yang dapat dijadikan panutan bagi dunia internasional. 

Hal ini dia sampaikan dalam rangka Hari Toleransi Internasional yang bertepatan hari ini, Selasa (16/11). 

Baca Juga

"Indonesia adalah role model toleransi beragama di dunia. Walaupun mayoritas penduduk adalah Muslim tetapi tak dikenal tirani mayoritas atas minoritas seperti terjadi di negara lain, termasuk di negara-negara maju," tutur dia kepada Republika.co.id, Ahad (15/11).

Menurut Muhyidin, Indonesia bukan hanya berteori semata dengan jargon egaliter dan sebagainya, melainkan lebih dari itu, semua teori mengenai toleransi sudah diterapkan secara riil di Indonesia. Bahkan wewenang dan kebebasan yang dinikmati kelompok minoritas di Indonesia terbilang besar.

Muhyidin menekankan, pengalaman dan kebijakan Indonesia dalam hal toleransi harus dipertahankan agar bisa menjadi contoh bagi negara-negara lain sebagai wujud kontribusi Indonesia kepada dunia internasional.  "Indonesia tidak pernah mengklaim sebagai negara Islam dengan kewajiban melaksanakan syariat bagi warganya, tetapi local wisdom telah mewarnai pola hidup warganya," imbuhnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi), dalam pidatonya pada Konferensi Tingkat Tinggi ke-11 ASEAN-PBB, Ahad (15/11), menyampaikan keprihatinannya dengan masih adanya praktik intoleransi beragama dan kekerasan atas nama agama. 

Jokowi pun mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar lebih intensif menjaga kemajemukan dan toleransi.

"Kalau ini (intoleransi beragama dan kekerasan atas nama agama) dibiarkan maka akan mencabik harmoni dan menyuburkan radikalisme dan ekstremisme. Ini tidak boleh terjadi," kata Jokowi.

Terkait Covid-19, Jokowi juga mengingatkan, dunia membutuhkan persatuan, persaudaraan, dan kerja sama untuk mengatasi Covid-19 dan tantangan global lainnya. Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, Indonesia berpandangan bahwa kebebasan berekspresi tidak bersifat absolut. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement