REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir mengingatkan, kita hidup dalam masyarakat, bangsa, dan dunia yang beragam. Bahkan, di tubuh umat beragama ada berbagai paham, golongan, pilihan politik dan keanekaragaman hidup.
Ia merasa, hidup dalam keragaman perlu hasanah, spiritualitas dan etika adi luhur. Sebab, keragaman menuntut saling toleran dalam keagamaan, dan saat sekelompok ingin mewujudkan paham agamanya harus ingat ada kelompok lain yang berbeda paham.
Bahkan, ada yang dalam konteks kehidupan perspektifnya berbeda, tidak berdasarkan praktik dan orientasi keagamaan. Apalagi, Islam mengajarkan toleransi dan nilai-nilai itu harus dihidupkan sebagai cara memelihara dan merawat kehidupan bersama.
"Sekali saja kehidupan bersama dipaksakan sekelompok pihak, lebih lebih memakai institusi negara, yang terjadi konflik atas nama agama," katanya, Senin (16/11).
Sebab, sekali agama masuk ke arena konflik, intensitas konflik akan sangat keras karena membawa sakralisasi agama. Karenanya, Haedar berharap tiap kelompok agama maupun tokoh-tokoh agama dapat memberikan keteladanan mencegah itu semua terjadi.
"Setiap kelompok agama maupun tokoh agama dan umat beragama, hidup beragama harus semakin bijaksana, seksama, meletakan nilai-nilai rohani dan etika yang bisa menjembatani kita dengan orang lain dalam relasi yang inklusif," kata Haedar.
Ia menekankan, jika relasi yang dibawa eksklusif dan hanya ingin mementingkan golongannya, yang terjadi konflik atas nama agama. Haedar berharap, mulai dari umat beragama sampai tokoh agama, menghadirkan nilai-nilai rahmatan lil alamin.
"Setidaknya, kalau belum bisa berbuat ke situ, (sebaiknya) pasif dan tidak berbuat sebaliknya. Saya rasa nilai-nilai agama ini yang dinanti masyarakat modern saat ini," ujar Haedar.
Haedar turut mengimbau warga persyarikatan Muhammadiyah untuk selalu memberikan teladan. Artinya, senantiasa menghadirkan Islam yang membawa nilai-nilai luhur, ahlak mulia dan menebar nilai-nilai rahmat bagi lingkungan sekitar.