Selasa 17 Nov 2020 11:15 WIB

Airbnb Catatkan Kerugian Sebelum Pandemi

Pada tahun ini, pendapatan Airbnb turun sebesar 32 persen menjadi 2,5 miliar dolar AS

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Airbnb mencatatkan kerugian bahkan jauh sebelum pandemi Covid-19 melanda dan memotong hampir sepertiga pendapatannya. Hal tersebut disampaikan pihak Airbnb menjelang penawaran umum perdana saham yang rencananya akan berlangsung tahun ini.
Foto: Wallpaper Flare
Airbnb mencatatkan kerugian bahkan jauh sebelum pandemi Covid-19 melanda dan memotong hampir sepertiga pendapatannya. Hal tersebut disampaikan pihak Airbnb menjelang penawaran umum perdana saham yang rencananya akan berlangsung tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Airbnb mencatatkan kerugian bahkan jauh sebelum pandemi Covid-19 melanda dan memotong hampir sepertiga pendapatannya. Hal tersebut disampaikan pihak Airbnb menjelang penawaran umum perdana saham yang rencananya akan berlangsung tahun ini.

Dalam laporannya kepada regulator AS, Airbnb mengakui telah menghabiskan banyak dana untuk investasi teknologi serta pemasaran dalam rangka mengembangkan bisnisnya. Startup berbagi hunian ini mengatakan sedang memperluas operasinya dan menambah program baru.

Dilansir AP News, pada 2019 lalu pendapatan Airbnb melonjak 32 persen menjadi 4,8 miliar dolar AS. Namun, perusahaan membukukan kerugian bersih sebesar 674 dolar AS. Perusahaan juga merugi pada 2018 dan 2017.

Sementara pada tahun ini, pendapatan Airbnb turun sebesar 32 persen menjadi 2,5 miliar dolar AS dalam sembilan bulan pertama. Penurunan disebabkan oleh pemberlakuan lockdown yang membuat banyak wisatawan membatalkan rencana perjalanannya yang secara langsung berimbas terhadp bisnis Airbnb. 

Airbnb mengaku pandemi semakin menekan kinerja bisnisnya. Perusahaan terpaksa memangkas 1.900 karyawan, atau sekitar 25 persen dari tenaga kerjanya. Perusahaan juga memangkas investasi di sejumlah program.

Meski demikian, kinerja bisnis perusahaan mulai membaik seiring melonjaknya permintaan untuk menyewa rumah. Jumlah pemesanan yang sempat anjlok hingga lebih dari 100 persen di bulan Maret dan April turun 28 persen di bulan Juli, Agustus dan September.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement