Selasa 17 Nov 2020 15:15 WIB

Kepala Senat AS Kecam Rencana Penarikan Pasukan AS di Irak

Selama menjabat, Trump telah berjanji untuk mengakhiri perang AS di luar negeri

Rep: Puti Almas/ Red: Christiyaningsih
Pasukan tentara Amerika Serikat
Foto: Youtube
Pasukan tentara Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Pemimpin mayoritas Senat Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik Mitch McConnell memperingatkan Presiden Donald Trump agar tidak mempercepat rencana penarikan pasukan militer di Afghanistan dan Irak. Menurutnya hal itu dapat membahayakan karena memberi kelompok-kelompok ekstremis di dua negara Timur Tengah tersebut kemenangan besar.

Trump mengumumkan rencana pengurangan pasukan AS yang signifikan di Afghanistan dan Irak beberapa waktu lalu. Menyikapi pengumuman ini, McConnell juga mengatakan hal itu berarti Washington akan meninggalkan mitra penting bagi mereka.

Baca Juga

Selain itu, langkah tersebut akan semakin memberi ‘ruang’ bagi Taliban untuk mengambil kendali atas Afghanistan. Termasuk juga kelompok-kelompok seperti Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan Alqaidah untuk kembali memperluas organisasi mereka di Timur Tengah.

“Konsekuensi keluarnya AS secara dini kemungkinan akan lebih buruk dibandingkan penarikan pasukan yang dilakukan di era mantan presiden Barack Obama dari Irak pada 2011, di mana ini memicu kebangkitan ISIS dan babak baru terorisme global," ujar McConnell dilansir Al Arabiya, Selasa (17/11).

Bahkan, McConnell mengatakan langkah tersebut mengingatkan AS pada keputusan untuk mundur dari Saigon pada 1975 yang dinilai sangat memalukan. Pentagon telah menerima arahan untuk bersiap membawa kembali 2.000 pasukan Amerika dari Afghanistan dan 500 dari Irak sebelum Trump meninggalkan jabatan kepresidenan secara resmi pada 20 Januari 2021 mendatang.

Langkah tersebut akan menyisakan sekitar 2.500 tentara Amerika di setiap negara. Jumlah itu lebih sedikit dari yang disebut oleh pejabat militer AS untuk memastikan stabilitas di wilayah-wilayah tersebut.

Sebelum diberhentikan pada 9 November lalu, mantan menteri pertahanan Mark Esper bersikeras mempertahankan 4.500 tentara di Afghanistan, hingga Taliban telah mengurangi serangannya terhadap pemerintah di negara itu, yang menunjukkan komitmen pada pembicaraan damai kedua pihak. Meski demikian, Pentagon hingga saat ini belum mengonfirmasi laporan yang mengatakan Trump dapat mengumumkan penarikan pada pekan ini.

Selama hampir empat tahun menjabat, Trump telah berjanji untuk mengakhiri perang AS di luar negeri. Karena itu, pria berusia 74 tahun ini tampaknya bertekad untuk mendekati tujuan tersebut sebelum resmi mundur, menyusul kekalahannya dalam pemilihan presiden atas rivalnya dari Partai Demokrat Joe Biden.

Bulan lalu, Trump mengatakan ingin pasukan AS pulang sebelum Natal yang jatuh pada 25 Desember setiap tahun. Penasihat Keamanan Nasional Robert O'Brien kemudian menyebut itu berarti kehadiran pasukan di Afghanistan akan turun hanya menjadi 2.500 personel pada awal Januari 2021.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement