REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Curah hujan ekstrim yang terjadi di wilayah Banyumas dan Cilacap pada Senin (16/11) malam hingga Selasa (17/11) pagi, tak hanya dipicu oleh fenomena la nina. Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo menyebutkan, curah hujan ekstrim ini juga dipicu oleh badai tropis Alicia.
Dia menyebutkan, badai tropis ini berada di Samudra Hindia sebelah barat Australia. "Namun dari pantauan citra satelit Selasa ini, Badai Tropis Alicia sedang bergerak menjauhi wilayah Indonesia," ungkapnya.
Berdasarkan hasil pantauan curah hujan di pos pengamatan curah hujan BMKG, sepanjang Senin (16/11) malam hingga Selasa (17/11) pagi, curah hujan memang tercatat sangat tinggi. Bahkan di beberapa lokasi, hujan lebat ini disertai dengan petir dan angin kencang.
Menurutnya, dari pantauan di beberapa lokasi wilayah Cilacap dan Banyumas, curah hujan di seluruh wilayah tersebut memang diatas 100 milimeter. Di wilayah Kabupaten Cilacap, seperti di Kecamatan Kedungreja tercatat 149 mm, Cipari 167 mm, Sidareja 108 mm, Nusawungu 103 mm dan Adipala 121 mm.
Hanya di Binangun tercatat 84 mm, Jeruklegi 83 mm dan Maos 75 mm. "Di wilayah Cilacap bagian Tengah dan Timur, hujan tercatat sangat lebat," katanya.
Demikian juga di wilayah Banyumas, curah hujan tercatat di atas 100 mm. Bahkan di wilayah Kecamatan Gumelar, curah hujan mencapai 273 mm, dan Sumpiuh 165 mm. "Konsentrasi curah hujan sangat lebat, terutama berada di wilayah Banyumas bagian Tengah dan Selatan," katanya.
Terkait kondisi ini, Teguh meminta, warga meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi dan juga bencana angin kencang.
"Saat ini fenomena global La Nina masih masuk kategori moderat. Puncak musim penghujan di wilayah Banyumas-Cilacap, diperkirakan baru akan berlangsung antara bulan Desember 2020 hingga Januari 2021," katanya.