REPUBLIKA.CO.ID, HARARE - Guru-guru di Zimbabwe bersedia berhenti mogok kerja dan kembali mengajar setelah menerima tawaran kenaikan gaji sampai setidaknya 41 persen dari pemerintah. Demikian kata ZIMTA, asosiasi guru terbesar di negara tersebut.
Ribuan guru di Zimbabwe mogok kerja sejak September 2020 saat sekolah-sekolah kembali buka untuk persiapan ujian akhir tahun. Pemerintah Zimbabwe menutup sekolah pada Maret untuk mengendalikan penyebaran Covid-19 dan membuka kembali ruang-ruang kelas pada September.
Meskipun para pelajar telah kembali bersekolah, guru-guru menolak mengajar karena gaji mereka tergerus nilai inflasi, yang naik sampai 471,25 persen.
Asosiasi Guru-Guru di Zimbabwe (ZIMTA) melalui pernyataan tertulisnya pada Selasa mengatakan sekarang gaji terendah yang akan diterima guru adalah 19.975 dolar Zimbabwe (sekitar Rp 3,4 juta). Sementara gaji tertinggi sekitar Rp 3,9 juta per bulan.
Gaji pegawai negeri sipil di Zimbabwe juga tergerus nilai tinggi inflasi dalam waktu dua tahun terakhir. Gaji terendah di lingkungan kantor pemerintah mencapai Rp 6,7 juta.
Zimbabwe saat ini lebih banyak menggunakan dolar AS daripada mata uang negaranya untuk transaksi. Pasalnya, Zimbabwe masih mengalami krisis keuangan, yang salah satunya disebabkan oleh kurangnya persediaan mata uang asing dan inflasi tinggi.
"ZIMTA akan terus berpartisipasi aktif ikut mencari cara memperbaiki layanan masyarakat, meningkatkan gaji dan bonus, serta menyusun strategi untuk 2021," kata ZIMTA, asosiasi yang diikuti 40 ribu guru.
Kementerian Keuangan mengatakan anggaran tahun ini masih surplus dan adanya kenaikan gaji tidak akan memberatkan keuangan negara.