REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di musim hujan yang berpotensi memunculkan bencana hidrometeorologi, pemerintah perlu memperhatikan cakupan imunisasi bagi warga yang mendiami tempat pengungsian. Upaya ilakukan sebagai bentuk mitigasi akibat buruknya sistem sanitasi di sejumlah pengungsian yang rawan menularkan infeksi penyakit.
Salah satu penyakit yang rawan menginfeksi di lokasi pengungsian adalah polio. Penyakit yang biasanya menyerang anak-anak ini menyebabkan kelumpuhan. Pada balita yang belum mendapat vaksinasi, polio bisa sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf.
"Adanya bencana alam, sanitasi lingkungan jadi kurang bagus. Kita harus hati-hati. Di samping menjaga sanitasi, pembuangan sampah, serta fasilitas buang air, tentu pengungsi perlu diberi vaksinasi yang diperlukan selengkap-lengkapnya," ujar Penasihat Field Epidemiology Training Program (FEPT), dr. I Nyoman Kandun, dalam Dialog Produktif bertema ‘Belajar dari Sukses PIN Polio’ di Media Center Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Selasa (17/11), seperti dalam siaran persnya.
Nyoman menambahkan, imunisasi punya peran sangat penting dalam menghentikan penularan sebuah penyakit infeksi. Imunisasi juga menjadi investasi bagi orang tua untuk anak-anak mereka. Melalui imunisasi, seorang anak bisa mendapat kekebalan tubuh terhadap penyakit spesifik tertentu dan bisa tumbuh sehat.
Seorang anak yang sudah diimunisasi punya dua peran penting: terhindari dari penyakit dan tidak menularkan penyakit ke orang lain. Dengan cakupan imunisasi di sebuah negara lebih dari 80 persen, maka imunisasi bisa efektif memutus transmisi penyakit tertentu seperti polio.
Sejak tahun 1995, kasus polio di Indonesia dapat ditekan melalui program Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Namun pada 2005 sempat ditemukan kasus polio liar impor di sebuah daerah di Jawa Barat. Pemerintah kemudian menetapkannya sebagai KLB dan kembali menjalankan PIN. Hasilnya, polio kembali sukses diberantas pada 2006. Kemudian pada 2014, label bebas polio diberikan WHO kepada Indonesia.
"Sampai saat ini tidak ditemukan lagi penderita polio yang disebabkan virus polio liar. Jadi apa yang bisa dilakukan untuk meminimalisir penyebaran virus? Cakupan imunisasi harus setinggi-tingginya, bila perlu 100 persen. Namun imunisasi rutin tidak pernah tercapai sehingga perlu PIN untuk menutup lubang dari imunisasi rutin itu," tutup Nyoman.