REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Kazakhstan di Amerika mendesak agar film "Borat" diblacklist dari pertimbangan penghargaan. Organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk melestarikan dan mempromosikan warisan dan budaya Kazakhstan di AS telah mengecam sekuel itu atas dugaan rasisme.
Asosiasi mendesak Academy Awards, Golden Globes, Directors Guild of America dan BAFTA tidak memasukkan film Borat pada daftar nominasi peraih penghargaan. Permintaan itu ditandatangani bersama oleh Akademi Film Hollywood (HFA) dan Dewan Hubungan Amerika-Islam.
“Bangsa kita masih dalam tahap pemulihan dari masa kolonial yang menindas, itulah sebabnya kita tidak memiliki perwakilan media yang substansial," demikian pernyataan Asosiasi.
"Orang-orang kami menerima banyak sekali kasus pelecehan seksual dan fisik serta penindasan karena franchise Borat," tegas Asosiasi seperti dikutip dari laman Female First, Selasa (17/11).
Dalam pernyataan bersama, CEO HFA Gia Noortas mengklaim bahwa film perdana "Borat" (2006) telah mengakibatkan diskriminasi terhadap orang-orang Kazakh. Amazon yang mendistribusikan sekuel Borat belum memberikan tanggapan perihal masalah ini. Namun sebelumnya, sang pemeran utama Sacha Baron Cohen menyatakan bahwa film Borat adalah komedi dan tidak ada kaitannya dengan negara Kazakhstan.
"Ini adalah komedi, dan Kazakhstan dalam film tidak ada hubungannya dengan negara yang sebenarnya," kata dia.
"Saya memilih Kazakhstan karena itu adalah tempat yang hampir tidak diketahui siapa pun di AS, yang memungkinkan kami menciptakan dunia liar, komedi. Kazakhstan yang sebenarnya adalah negara yang indah dengan masyarakat modern dan membanggakan, kebalikan dari versi film Borat," kata Baron Cohen beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, poster film “Borat 2” telah memicu kemarahan umat Islam. Poster yang menampilkan aktor asal Inggris, Sacha Baron Cohen sedang setengah telanjang itu dikecam lantaran ia mengenakan cincin bertuliskan “Allah” dalam bahasa Arab.
Poster itu terpampang di bus-bus Paris, di tengah protes umat Islam atas sikap presiden Emmanuel Macron karena membela penerbitan kartun Nabi Muhammad. Poster film itu juga dikecam di media sosial lantaran dianggap provokatif dan kurang hormat.