Rabu 18 Nov 2020 05:49 WIB

Stok Beras di Bandung Aman hingga Awal Tahun 2021

Pemerintah provinsi Jawa Barat pun memiliki cadangan beras sebanyak 70 ton sisa 2019

Rep: M Fauzi Ridwan/ Red: Hiru Muhammad
Kadivre Bulog Jabar Achmad Ma'mun, menunjukkan stok dan beras sachetan di Rumah Pangan Kita (RPK) Center Margacinta Kota Bandung, Kamis (23/8). Stok beras di Jabar masih aman untuk sembilan bulan ke depan.
Foto: Republika/Arie Lukihardianti
Kadivre Bulog Jabar Achmad Ma'mun, menunjukkan stok dan beras sachetan di Rumah Pangan Kita (RPK) Center Margacinta Kota Bandung, Kamis (23/8). Stok beras di Jabar masih aman untuk sembilan bulan ke depan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Bandung mengungkapkan stok beras di wilayah Bandung aman hingga awal tahun 2021 mendatang. Selain itu, sejumlah harga-harga bahan pokok diupayakan agar tidak mengalami kenaikan signifikan pada hari Natal dan tahun baru 2021 mendatang.

"Bicara pangan beras, saya menerima laporan dari Bulog 4 bulan ke depan sampai akhir tahun dan awal tahun (2021) persediaan beras cukup untuk Bandung sampai Jabar," ujar Kepala Dispangtan Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar di Balai Kota Bandung, Selasa (17/11).

Ia melanjutkan, pemerintah provinsi Jawa Barat pun memiliki cadangan beras sebanyak 70 ton yang berasal dari sisa tahun 2019 kemarin. Menurutnya, stok pangan yang lainnya di Kota Bandung pun cukup tersedia untuk beberapa bulan ke depan.

"Menurut informasi dari pedagang, agen dan penjual di Kota Bandung cukup tersedia (stok pangan) karena selain persediaan, tingkat konsumsi atau daya beli tidak terlalu besar. Aman," katanya.

Gin Gin melanjutkan, pihaknya mengupayakan agar pada akhir tahun 2020 tidak terjadi lonjakan harga melalui pengawasan dan monitoring di pasar-pasar. Ia mengatakan jika terjadi kenaikan harga bahan pokok hingga 25 persen maka akan dilakukan intervensi melalui operasi pasar bersama Pemprov Jabar.

Ia mengatakan saat ini harga bahan pokok yang naik yaitu telur ayam dan daging ayam. Menurutnya, hal tersebut terjadi karena harga pakan ayam mengalami kenaikan. Sedangkan kenaikan harga cabai disebabkan faktor cuaca serta ongkos pengiriman dari wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur ke Kota Bandung.

"Harga masih wajar. Cabai dan bawang merah naik dan turunnya cepat," katanya. Gin Gin mengatakan pihaknya terus mendorong agar masyarakat di perkotaan dapat memanfaatkan area halaman rumah atau sekitar rumah untuk menanam.

Ia mengatakan, masyarakat dapat memanfaatkan pekarangan rumah atau area di lingkungan rumah untuk budidaya sayuran, ikan, ternak untuk menambah pendapatan. Menurutnya, pengolahan kompos dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Sebelumnya, Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung mengungkapkan harga komoditas bahan pokok telur dan cabai merah mengalami kenaikan. Namun, kenaikan tersebut relatif masih wajar sehingga tidak diperlukan kegiatan operasi pasar untuk menurunkan harga.

Kepala Disdagin Kota Bandung, Elly Wasliah mengaku pihaknya selalu memantau harga-harga bahan pokok tiap hari Kamis di 8 pasar tradisional dan ritel. Menurutnya, komoditas bahan pokok telur dan cabai merah mengalami kenaikan pada angka yang masih wajar. "Telur biasanya Rp 21-22 ribu perkilogram, sekarang Rp 24-25 ribu perkilogram," ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (16/11). 

Menurutnya, kenaikan harga relatif wajar sebab harga eceran tertinggi (HET) yang dikeluarkan pemerintah sebesar Rp 24 ribu. "Sebetulnya dilihat HET masih wajar, kalau kemarin lebih murah. Rata-rata Rp 24 ribu perkilogram, ada juga Rp 25 ribu," katanya.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement