Selasa 17 Nov 2020 21:15 WIB

'RUU Minol Justru Memberikan Kejelasan dari Sisi Ekonomi'

RUU itu mengatur agar pendistribusian, produksi, dan konsumsi minol jadi lebih ketat.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Agus Yulianto
Minuman beralkohol.
Foto: EPA
Minuman beralkohol.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengusul Rancangan Undang-Undang (RUU) Minuman Beralkohol (Minol) Romo Muhammad Syafi'i menilai, RUU Minol menjadi sangat baik bagi perekonomian Indonesia jika nantinya disahkan. Menurutnya, dengan adanya aturan jelas, maka para penggemar minol akan mendatangi daerah-daerah yang selama ini lekat dengan minuman beralkohol.

"Karena daerah-daerah yang sudah dikenal hari ini sangat lekat dengan produksi minol, itu kan kemudian bisa menjadi destinasi khusus bagi mereka penggemar minol dalam skala yang dibenarkan oleh undang-undang ini. Mungkin daerah mana gitu ya," kata Syafii dalam rapat harmonisasi RUU Minol, Selasa (17/11).

Dia menegaskan, undang-undang tersebut bukan untuk melarang sama sekali keberadaan minuman beralkohol. Melainkan mengatur agar pendistribusian, produksi, dan konsumsi minol dapat diatur lebih ketat.

"Ada daerah-daerah destinasi wisata dengan ketentuan tertentu, dia boleh menjual. Ada restoran-restoran dengan kualitas tertentu diperkenankan menjual, hotel-hotel berbintang dengan kualitas tertentu boleh menjual, saya kira ini memberi kejelasan gitu loh,"  ujarnya.  

"Tidak seperti selama ini, siapa saja boleh menjual, siapa saja boleh membeli, siapa saja boleh mengonsumsi," sambungnya.

Selain itu, dia juga menegaskan, bahwa RUU tersebut tidak berkaitan dengan Islamisasi. Politikus Partai Gerindra itu menganggap pandangan tersebut merupakan anggapan yang salah.

"Ini bukan soal negara Islam. Masa iya kita nggak boleh mengatur sesuatu yang mendatangkan kerusakan bagi kesehatan bagi moralitas. Kita nggak boleh, hanya gara-gara secara tegas ajaran Islam yang mengharamkan itu. Kecuali kita sebut mengharamkan minuman beralkohol, itu baru boleh diprotes dikait-kaitkan dengan Islam, ini soal kesehatan yang kebetulan Islam sejalan dengan itu," ujarnya.

Baleg kembali menggelar rapat harmonisasi RUU Minol pada Selasa (17/11). Dalam rapat tersebut pengusul dan anggota baleg mendengarkan pemaparan tenaga ahli terkait hasil kajian tentang pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsespsi atas RUU Minol. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement