REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Barat Noneng Komara Nengsih mendorong investor berskala kecil turut membangun dan mengembangkan wisata di Jabar dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
"Kami membuka investasi berskala kecil. Tidak harus memikirkan pariwisata itu seperti membuat Disneyland. Seperti yang dikatakan Gubernur Jabar, panggung untuk selfie sebetulnya sudah bisa kembangkan pariwisata," kata Noneng Komara dalam acara West Java Investment Summit (WJIS) 2020 di Hotel Savoy Homann, Selasa (17/11).
"Mari bangun tempat yang indah ini. Mudah-mudahan potensi proyek investasi pariwisata tergali," katanya. Noneng Komara mengatakan proyek yang siap ditawarkan (ready to offer) dalam WJIS 2020 peminatnya mencapai 1.443 investor di mana masing- masing proyek ada sekitar 100 partisipan yang meminta.
Selain mendongkrak turisme dan infrastruktur, WJIS 2020 juga menjadi pintu perdagangan dan UMKM. “Highlight WIJS 2020 adalah pariwisata dan perdagangan. Pada masa pandemi ini, WJIS ini akan sangat mudah dimasuki (perdagangan) oleh UMKM,” kata Noneng.
Noneng mengapresiasi komitmen KPwBI Jawa Barat untuk menyelenggarakan WJIS, yang memungkinkan tujuh kepala daerah kabupaten/kota sepakat dengan gubernur membentuk Rebana Metropolitan. “Jadi dalam WJIS 2020 ini kita bukan bilang marilah datang, tapi marilah bangun tempat yang indah,” katanya.
Pariwisata menjadi salah satu sektor yang dapat memacu pemulihan ekonomi di Jawa Barat (Jabar). Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar berupaya mengembangkan dan membangun destinasi wisata melalui investasi skala kecil seharga satu unit rumah.
Sebanyak 76 proyek investasi pariwisata di Jabar ditawarkan kepada investor di ajang tersebut. WJIS 2020 sendiri merupakan forum investasi yang digelar oleh Pemda Provinsi Jabar dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jabar untuk menjaring minat investor berinvestasi di Jabar.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengajak investor berskala kecil dan besar untuk berinvestasi di proyek-proyek pariwisata. "Ada banyak titik dan tempat wisata baru di Jawa Barat yang akan dilelangkan untuk investasi pariwisata," kata Kang Emil.
Keindahan alam yang memesona, hamparan kebun teh, dan lanskap pantai, menjadi keunggulan destinasi wisata di Jabar. Banyak destinasi wisata Jabar menyimpan sejarah. Selain itu, minat wisatawan nusantara berwisata di Jabar sangat tinggi. Pada 2019, jumlah kunjungan wisatawan nusantara ke Jabar mencapai 62 juta orang.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jabar Herawanto menyebut langkah Pemda Provinsi Jabar tersebut sebagai inovasi yang menarik. Investasi berskala besar, kata Herawanto, akan memacu pertumbuhan ekonomi Jabar dalam jangka menengah-panjang. Sedangkan, investasi berskala kecil di sektor pariwisata akan mengakselerasi pemulihan ekonomi di tengah pandemi.
Investasi paket murah menjadi strategi jitu menarik penanam modal dalam negeri (PMDN) yang saat ini volumenya lebih kecil dibandingkan penanam modal asing (PMA).
Dalam berinvestasi, menurut Herawanto, jangan melulu membidik PMA dan melupakan PMDN. Dalam situasi tertentu misalnya negara sedang dalam goncangan politik ekonomi, PDMN biasanya lebih setia dibandingkan PMA yang biasanya memindahkan dana ke negara lain.
"Itu suatu hal yang sebenarnya inovasi yang harus ditawarkan. Ini investor domestik akan sangat cocok. Bukan bangun hotel. Tadi gambaran beliau (Gubernur Jabar) ada bukit di atasnya ada tempat foto selfie (swafoto). Bikin tempat foto selfie itu di bawah Rp500 juta atau seharga rumah, dan bisa menghasilkan uang," kata Herawanto.
"Investasi besar nanti akan pengaruh pada ekonomi yang dongkrakkannya besar. (Namun), investasi-investasi berskala kecil itu sangat diperlukan," katanya.