REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dialektika kebangkitan manusia dari alam kubur sudah ada sejak sebelum Islam datang. Bahkan nabi-nabi terdahulu juga memohon penjelasan pada Allah tentang proses bangkitnya manusia dari kematian.
Seperti kisah seorang nabi ketika melewati negeri yang telah porak poranda. Ada riwayat yang menyebut nabi itu bernama Uzair atau Hizqial atau seorang nabi dari Bani Israil. Sementara ada riwayat yang menyebutkan wilayah yang porak poranda itu adalah Baitul Maqdis yang telah dihancurkan oleh Nebukadnezar (Bukhtunashshar al Babili).
Dikisahkan ketika melewati negeri yang porak poranda itu, nabi itu bertanya tentang bagaimana Allah bisa membangkitkan kembali penduduk negeri yang telah mati itu. Setelah itu Allah pun mematikan nabi itu bersama keledainya. Selang seratus tahun kemudian, Allah membangkitkan nabi itu bersama keledainya. Maka menjadi jelaslah persoalan kebangkitan bagi nabi itu. Kisah ini merupakan penjelasan dari surat Al Baqarah ayat 259.
أَوْ كَٱلَّذِى مَرَّ عَلَىٰ قَرْيَةٍ وَهِىَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّىٰ يُحْىِۦ هَٰذِهِ ٱللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۖ فَأَمَاتَهُ ٱللَّهُ مِا۟ئَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُۥ ۖ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۖ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۖ قَالَ بَل لَّبِثْتَ مِا۟ئَةَ عَامٍ فَٱنظُرْ إِلَىٰ طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۖ وَٱنظُرْ إِلَىٰ حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ ءَايَةً لِّلنَّاسِ ۖ وَٱنظُرْ إِلَى ٱلْعِظَامِ كَيْفَ نُنشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا ۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُۥ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari". Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging". Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu". (Al Baqarah ayat 259)
Begitu pun dengan pernyataan Nabi Ibrahim yang bertanya-tanya tentang cara Allah membangkitkan orang yang telah wafat. Meski yakin akan datangnya hari kebangkitan, tetapi nabi Ibrahim tetap ingin mengetahui secara lebih detail proses kebangkitan agar hatinya lebih tentram.
وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ رَبِّ أَرِنِى كَيْفَ تُحْىِ ٱلْمَوْتَىٰ ۖ قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِن ۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَٰكِن لِّيَطْمَئِنَّ قَلْبِى ۖ قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِّنَ ٱلطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ ٱجْعَلْ عَلَىٰ كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ٱدْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا ۚ وَٱعْلَمْ أَنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al Baqarah ayat 260).
Dalam buku Kiamat dalam Perspektif Al-Quran dan Sains yang disusun Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI dengan LIPI dijelaskan dua kisah tersebut menggambarkan betapa persoalan kebangkitan manusia di hari akhir masih memunculkan pertanyaan, meski bagi seorang nabi sekalipun.
"Tentu bukan karena mereka tidak percaya, melainkan karena keingintahuan mereka mengenai detail prosesnya. Kedua nabi tersebut sudah percaya dalam tataran 'ilmul yaqin, tapi belum pada tataran 'ainul yaqin," dijelaskan dalam buku tersebut.
Ini seperti dianalogikan dengan keyakinan akan eksistensi Ka'bah. Semua umat Islam pasti meyakini eksistensinya, meski belum tentu mereka pernah melihatnya. Keyakinan akan eksistensi Ka'bah tentu akan bertambah kadarnya bila dibarengi dengan melihat wujud aslinya dengan mata kepala sendiri. Begitupun dengan nabi Uzair dan nabi Ibrahim, keduanya bertanya untuk meneguhkan iman mereka. Dan sebagaimana dikatakan nabi Ibrahim yakni agar menenangkan hatinya.
"Jika kedua nabi saja masih penasaran maka wajarlah jika persoalan kebangkitan banyak dipertanyakan oleh orang kaum Quraisy. Untuk itu Al Quran menjelaskan bahwa keberadaan merupakan keniscayaan," dijelaskan dalam buku itu.
Menjelaskan tentang kebangkitan manusia, Al Quran mengemukakan dua hal. Yakni pertama melalui analogi berpikir yang sehat. Kedua, melalui analogi fenomena yang ada di alam semesta.