REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manajemen baru PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tengah melakukan transformasi perusahaan dalam rangka menyukseskan pelaksanaan program penyelamatan polis atau program restrukturisasi.
Direktur Kepatuhan dan Sumber Daya Manusia (SDM) Jiwasraya R Mahelan Prabantarikso mengatakan, transformasi perusahaan yang diimplementasikan melalui pembenahan seluruh lini perusahaan menjadi salah satu poin penting demi menyelamatkan seluruh polis Jiwasraya.
Karena itu, yang persiapan juga mencakup menyiapkan sumber pendanaan yang menjadi solusi atas masalah fundamental Jiwasraya. "Tujuan akhirnya agar seluruh polis Jiwasraya bisa diselematkan dan dipindahkan ke IFG Life," ujar Mahelan di Jakarta, Rabu (18/22).
Mahelan menjelaskan, sejak Januari 2019 terdapat sejumlah transformasi yang dilakukan manajemen baru Jiwasraya. Pertama, transformasi model bisnis dengan menghentikan produk-produk lama Jiwasraya yang menjanjikan bunga tinggi.
Di waktu yang sama, transformasi perusahaan juga menyasar pada pembenahan proses bisnis Jiwasraya yang diimplementasikan dengan menekan beban penjualan produk. Untuk pembenahan pada aspek ini, manajemen baru membentuk unit khusus bisnis korporasi, revitalisasi penjualan produk asuransi ritel, hingga penggunaan sistem kerja sama keagenanean yang saling menguntungkan.
Kedua, peningkatan kualitas tata kelola dan manajemen risiko dengan prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan keadilan. Pun transformasi perusahaan dilakukan pula dengan menerpakan prinsip Good Corporate Governance yang meliputi anti gratifikasi, pengendalian informasi, hingga penerapan pedoman etika dan perilaku serta pembuatan Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN).
Mahelan menyebut, transformasi perusahaan melalui peningkatan kualitas tata kelola dan penerapan prinsip GCG ini juga merupakan tugas dan amanah dari pemerintah. "Selain juga pengejawantahan dari program Akhlak yang menjadi Core Value Kementerian BUMN," ucap Mahelan yang juga menjadi Koordinator Tim Satgas Restrukturisasi Jiwasraya.
Ketiga, manajemen baru Jiwasraya juga telah menciptakan dan menerapkan standardisasi penempatan portofolio investasi yang ideal dan sesuai aturan. Di samping itu, saat ini manajemen baru telah menerapkan manajemen risiko yang ketat pada saat pengelolaan investasi dalam proses bisnis investasi Jiwasraya.
"Manajemen baru juga telah melakukan reorganisasi struktur organisasi dalam rangka efisiensi biaya operasional dan optimalisasi SDM demi menunjang pelaksanaan program penyelamatan polis Jiwasraya," ungkap Mahelan.