REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika Nabi Musa bersama muridnya Yusa bin Nun mencari Nabi Hidir, mereka membawa bekal ikan dalam perjalanannya. Ikan tersebut sudah dimasak dan dimasukkan ke dalam wadah sebagai bekal makanan dalam perjalanan.
Saat beristirahat di suatu tempat, keduanya tertidur. Tidak disangka ikan yang sudah dimasak itu hidup kembali dan mencari jalan menuju laut.
Selepas beristirahat, keduanya meneruskan perjalananan mencari Hidir. Di tengah perjalanan Nabi Musa merasa lapar dan meminta muridnya mengeluarkan bekal makanan.
Ternyata ikan yang sudah dimasak itu sudah tidak ada di tempatnya. Kisah ini terabadikan dalam Alquran:
وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَىٰهُ لَآ أَبْرَحُ حَتَّىٰٓ أَبْلُغَ مَجْمَعَ ٱلْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِىَ حُقُبًا . فَلَمَّا بَلَغَا مَجْمَعَ بَيْنِهِمَا نَسِيَا حُوتَهُمَا فَٱتَّخَذَ سَبِيلَهُۥ فِى ٱلْبَحْرِ سَرَبًا
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun". Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu mengambil jalannya ke laut itu. (Alquran surat Al Kahf ayat 60-61).
Kisah tersebut termaktub dalam surah Al Kahf, surah yang tergolong makiyah yang diturunkan sebelum hijrah. Surah yang demikian ini umumnya berkonsentrasi pada tiga hal, yaitu keimanan kepada Allah, Nabi Muhammad dan hari akhir.
Itu karena kaum Quraisy Makkah sangat menentang ajaran tauhid, kenabian Muhammad dan adanya hari akhir. Sangat jelas hikmah dibalik kisah bekal ikan Nabi Musa yang hidup lagi adalah bahwa Allah Mahakuasa menghidupkan sesuatu yang telah mati. Sebab itu Allah kuasa menghidupkan atau membangkitkan lagi manusia yang telah mati pada hari kiamat.
“Cerita tentang hidupnya kembali ikan yang mati dan telah dimasak menunjukan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, termasuk menghidupkan hewan yang telah mati,” seperti dalam buku Kiamat dalam Perspektif Al Quran dan Sains yang disusun Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI dengan LIPI.