REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Restorasi Gambut (BRG) melibatkan penyuluh agama guna meningkatkan sosialisasi dan edukasi bagi masyarakat terkait program restorasi lahan gambut di Tanah Air. Pendekatan agama merupakan bagian penting dalam restorasi gambut, sebab memelihara dan menjaga lingkungan bagian tak terpisahkan dengan agama.
"Pendekatan keagamaan kami pandang sangat penting. Kami memandang restorasi dengan masyarakat dan kebudayaan, selain persoalan teknis," kata Deputi Edukasi Sosialisasi, Partisipasi, dan Kemitraan BRG Myrna A. Safitri melalui keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (18/11).
Menurut dia, pemuka agama merupakan pihak yang langsung berhubungan dengan masyarakat. Namun, mereka kerap kekurangan informasi yang lebih kontekstual sesuai masalah yang ada di lingkungannya.
Untuk itu, tambahnya, BRG bersama Kementerian Agama dan Indonesia Consortium for Religious Studies (ICRS) menggelar pelatihan bagi penyuluh agama terkait program restorasi gambut selama 16 hingga 26 November 2020. Sejumlah materi bertema agama dan pendekatannya terhadap pelestarian lingkungan, khususnya ekosistem gambut menjadi fokus pelatihan.
Pelatihan melibatkan peserta dan penyuluh agama dari Pulau Sumatera dan Kalimantan dengan melibatkan para peneliti dan akademisi sebagai narasumber. Berdasarkan data BRG, saat ini terdapat 381 dai dan 104 pendeta peduli gambut yang menjadi mitra di desa.
"Dengan kerja sama ini, diharapkan penyuluh agama menyampaikan pesan penting untuk menyelamatkan ekosistem gambut," ucap dia.
Peneliti Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Robert mengatakan gambut mempunyai kontribusi sangat tinggi terhadap pengurangan pemanasan global. "Lahan gambut yang kurang dari 0,4 persen berkontribusi terhadap emisi karbondioksida sebesar 5 persen," ucapnya.
Menurut dia, kelestarian hutan dan gambut bukan hanya tanggung jawab BRG, melainkan semua pihak. Karena itu, para pemuka agama diharapkan bisa memberi dampak dengan pesan dan aksi yang disampaikan dalam dakwahnya.
Direktur ICRS Zainal Abidin Bagir mengatakan isu lingkungan dan restorasi lahan gambut bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan perusahaan, tapi tanggung jawab semua pihak. "Termasuk pemuka agama, baik lembaga maupun individu untuk memainkan peran penting dalam memberikan pengetahuan terhadap masyarakat,” katanya dalam pembukaan pelatihan daring "Agama, Pelestarian Lingkungan dan Pemulihan Ekosistem Gambut".
Zainal berharap pelatihan ini bisa menemukan solusi dan gagasan untuk menyelesaikan persoalan di lahan gambut.