REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sikap tamak menurut Ibnu Athaillah dalam kitabnya Al-Hikam adalah benih-benih kehinaan. Maka alangkah baiknya bagi manusia untuk tidak menanam benih-benih tersebut di dalam jiwa.
Ibnu Athaillah berkata: “Maa basaqat aghshaanu dzullin illa ala badzri thama’a,”. Yang artinya: “Dahan-dahan kehinaan tak mungkin tumbuh kecuali dari benih-benih ketamakan,”. Melalui hikmah itu, Ibnu Athaillah mengibaratkan ketamakan serupa dengan pohon.
Yakni dahan-dahannya adalah perumpamaan bagi berbagai jenis kehinaan. Lalu tamak juga disamakan sebagai benih, yang mana jika kedua perumpamaan itu diungkapkan maka sikap tamak dengan akan membuat rusak akhlak seseorang.
Benih akan tumbuh menjadi dahan-dahan yang beranting, jika ini terjadi maka alangkah luasnya teritori ketamakan dalam diri manusia. Maka janganlah ditanam, jangan dituai, sehingga ketamakan tak tumbuh subur dan bersemayam. Sebab sifat taman merupakan sikap tercela yang dapat merusak amal ibadah.
Tamak diumpamakan sebagai pangkal segala kesalahan. Sifat tamak menandakan ketergantungan dan penghambaan manusia terhadap sesama makhluk. Di sinilah letak kehinaan dan kenistaan sifat tamak.
Wallahu a’lam