REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pada 19 November 1977, Presiden Mesir Anwar Sadat untuk pertama kalinya berkunjung ke Israel. Dia menjadi pemimpin Arab pertama yang menginjakan kaki di Israel yang mendapat kecaman internasional.
Dilansir laman BBC History, pesawat Presiden Sadat mendarat di bandara Ben Gurion pada awal kunjungan 36 jamnya. Dia disambut oleh Perdana Menteri Israel kala itu, Menachim Begin dan Presiden Israel Ephraim Katzir. Penghormatan 21 senjata ditembakkan untuk menghormatinya.
Setelah upacara di bandara, Presiden Sadat diantar ke Yerusalem untuk pertemuan selama satu jam dengan Begin. Keesokan harinya, dia dijadwalkan untuk berpidato di depan parlemen Israel, Knesset. Pidatonya bakal disiarkan langsung ke ratusan juta orang di seluruh dunia.
Anwar Sadat menyampaikan pidatonya kepada Knesset pada tanggal 20 November 1977. "Kami benar-benar dan sangat menyambut Anda untuk hidup di antara kami dalam perdamaian dan keamanan," kata Sadat kala itu.
Perjalanannya ke Israel telah mengejutkan komunitas internasional. Seperti diketahui, Israel dan Mesir telah berperang empat kali.
Israel masih menduduki Semenanjung Sinai, bagian dari Mesir yang direbut dalam perang 1967. Awalnya tawaran pemimpin Mesir untuk melakukan perjalanan ke Israel secara luas dianggap tidak lebih dari sekedar omongan belaka.
Ketika Perdana Menteri Begin menanggapi dengan mengeluarkan undangan resmi, tidak ada yang percaya Sadat akan menerimanya. Kehadirannya di Israel melanggar kebijakan Arab yang tidak berurusan secara terbuka dengan Israel yang dibuat pada tahun 1948.
Setelah demonstrasi di seluruh dunia menentang kunjungan Sadat, Israel berada dalam keadaan siaga tinggi dan 10.000 personel keamanan sedang bertugas. Pembicaraan kemudian dimulai di Israel pada November dan akhirnya mengarah pada kesepakatan Camp David pada Maret 1979.
Tawaran Presiden Sadat ke Israel membuatnya populer di Barat, dia dan Menachim Begin bersama-sama dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada 1978. Tapi dia diisolasi dan dilecehkan di dunia Arab. Pada Oktober 1981 dia dibunuh oleh tentara di sebuah parade militer di Kairo.