REPUBLIKA.CO.ID KABUL -- Pasukan khusus Australia dilaporkan secara ilegal telah membunuh 39 orang selama konflik Afghanistan. Hal itu terungkap berdasarkan hasil laporan militer yang dikeluarkan, Kamis (19/11).
Angkatan Pertahanan Australia (ADF) telah melakukan penyelidikan selama empat tahun atas pelanggaran yang dilakukan oleh pasukan mereka. Penyelidikan menginvestigasi 57 insiden dan mendengar lebih dari 300 saksi.
"Pembunuhan itu telah mengungkap catatan memalukan dari budaya pejuang oleh beberapa tentara," kata kepala ADF Jenderal Angus Campbell dilansir laman BBC, Kamis (19/11).
Laporan menemukan bahwa sekurangnya 19 tentara saat ini atau mantan tentara harus diselidiki oleh polisi atas pembunuhan tahanan, petani, atau warga sipil antara 2009 dan 2013. Pihak Afghanistan, kata ia, telah diyakinkan oleh Australia bahwa mereka berkomitmen untuk memastikan keadilan.
Kebanyakan tuduhan menyangkut tentara dalam unit elite Special Air Service (SAS). Jenderal Campbell mengatakan, tak satu pun dari pembunuhan yang dituduhkan itu bisa digambarkan dalam panasnya pertempuran. "Tidak ada yang diduga terjadi dalam keadaan di mana niat pelaku tidak jelas, bingung, atau salah," katanya kepada wartawan, Kamis.
"Dan setiap orang yang diajak bicara oleh penyelidikan benar-benar memahami hukum konflik bersenjata dan aturan keterlibatan di mana mereka beroperasi," ujarnya menambahkan.
Jenderal Campbell mengatakan, tuduhan paling mengkhawatirkan menyangkut beberapa tentara SAS yang diduga menjalankan hukum oleh persepsi mereka sendiri.
Penyelidikan oleh inspektur jenderal ADF dilakukan secara tertutup. Hanya sedikit rincian yang telah dilaporkan hingga sekarang.
Pekan lalu, Perdana Menteri Scott Morrison memperingatkan bahwa laporan itu berisi berita kurang baik bagi warga Australia tentang pasukan khususnya.
"Ini adalah lingkungan (di dalam ADF), itu adalah konteksnya, itu adalah aturannya, itu adalah budaya dan perintah yang duduk di sekitar hal-hal itu," ujar PM Morrison.
Kantor Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan, Morrison telah menelepon untuk mengungkapkan kesedihan yang terdalam atas temuan itu. Afghanistan belum berkomentar sejak laporan itu dipublikasikan.