Kamis 19 Nov 2020 14:08 WIB

PBB Peringatkan Kondisi Anak-Anak karena Pandemi Corona

UNICEF pada Kamis (19/11) menyatakan anak-anak dan remaja sumbang 11 kasus korona.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Imago Images/Pacific Press Agency/R. Sajid Hussain
Imago Images/Pacific Press Agency/R. Sajid Hussain

Sehari sebelum peringatan Hari Anak Internasional 20 November, lembaga hak anak dan pendidikan PBB, UNICEF, dalam laporan terbarunya menyebutkan bahwa anak-anak dan remaja menyumbang 11 persen dari kasus virus corona global.

"Sepanjang pandemi Covid-19 ada mitos yang terus berlanjut bahwa anak-anak hampir tidak terpengaruh oleh penyakit itu. Tidak ada yang bisa lebih jauh dari kebenaran," kata direktur eksekutif UNICEF Henrietta Fore dalam sebuah siaran pers.

Dia selanjutnya mengatakan bahwa hambatan dan gangguan terhadap layanan kesehatan dan sosial, serta melonjaknya angka kemiskinan merupakan ancaman terbesar bagi kaum muda.

"Semakin lama krisis berlanjut, semakin dalam dampaknya pada pendidikan, kesehatan, gizi dan kesejahteraan anak-anak. Masa depan seluruh generasi terancam," kata Fore.

Tahun 2020, krisis Covid-19 telah mengakibatkan krisis hak-hak anak. Dampak pandemi pada anak-anak bersifat langsung, dan jika tidak ditangani, dapat berlangsung seumur hidup.

265 juta anak tidak bisa ke sekolah

Laporan UNICEF menemukan penurunan cakupan layanan kesehatan di sepertiga dari 140 negara yang disurvei, terutama karena upaya peredaman wabah corona dan ketakutan akan infeksi Covid-19. Pelayanan yang menurun itu termasuk vaksinasi rutin, rawat jalan, dan layanan kesehatan ibu.

Secara global, 265 juta anak tidak bisa ke sekolah dan kehilangan makanan yang disediakan sekolah selama pandemi, kata UNICEF. Enam hingga tujuh juta anak di bawah usia lima tahun mengalami malnutrisi akut tahun ini, meningkat 14 persen dibanding tahun sebelumnya, kebanyakan di sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan.

Tambahan lagi ada 150 juta anak tergelincir ke dalam kemiskinan multidimensi pada pertengahan 2020, kata laporan UNICEF.

"Diperkirakan dua juta tambahan kematian anak dan 200.000 tambahan kematian bayi baru lahir yang dapat terjadi selama periode 12 bulan, karena adanya gangguan parah pada layanan kesehatan dan meningkatnya malnutrisi," kata badan PBB tersebut.

Meningkatkan kesadaran kesejahteraan anak

Hari Anak Internasional pertama kali ditetapkan pada tahun 1954 dan dirayakan setiap tanggal 20 November untuk mempromosikan kebersamaan internasional, kesadaran di antara anak-anak di seluruh dunia, dan meningkatkan kesejahteraan anak.

Tanggal 20 November kemudian menjadi tanggal penting karena pada 20 November 1959 Sidang Umum PBB mengadopsi Deklarasi Hak Anak. Lalu pada 20 November 1989 Sidang Umum PBB mengadopsi Konvensi Hak Anak.

Untuk Hari Anak Internasional 20 November 2020, UNICEF mengusung tema "A day to reimagine a better future for every child", yang berarti satu hari untuk menggagas dan membentuk kembali masa depan yang lebih baik bagi setiap anak.

hp/pkp (UNICEF/dpa)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement