Kamis 19 Nov 2020 17:01 WIB

Kemenperin Bina IKM Lewat Pendekatan One Village One Product

Pendekatan tersebut bertujuan meningkatkan daya saing IKM sesuai keunggulan daerahnya

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya mendorong penumbuhan dan pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM) di seluruh penjuru Tanah Air. Kementerian pun mengadakan program pembinaan di sentra IKM melalui pendekatan One Village One Product (OVOP).
Foto: Prayogi/Republika
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya mendorong penumbuhan dan pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM) di seluruh penjuru Tanah Air. Kementerian pun mengadakan program pembinaan di sentra IKM melalui pendekatan One Village One Product (OVOP).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya mendorong penumbuhan dan pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM) di seluruh penjuru Tanah Air. Kementerian pun mengadakan program pembinaan di sentra IKM melalui pendekatan One Village One Product (OVOP). 

Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih mengatakan, pendekatan tersebut bertujuan meningkatkan daya saing IKM sesuai keunggulan daerahnya. Konsep OVOP pertama kali diinisiasi di Prefektur Oita Jepang sejak 1979 oleh Morihiko Hiramatsu, yang kemudian diperkenalkan di Indonesia pada 2007. 

Baca Juga

Gati menjelaskan, Konsep OVOP memiliki semangat mendorong masyarakat suatu daerah agar dapat menghasilkan produk kompetitif. Sekaligus bernilai tambah tinggi dan mampu bersaing di tingkat global.

“Namun demikian, pendekatan OVOP tetap mengutamakan ciri khas keunikan karakteristik daerah tersebut. Di antaranya dengan memanfaatkan sumber daya lokal, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia,” tuturnya saat membuka Pembinaan IKM di Sentra Melalui Pendekatan OVOP yang digelar secara virtual pada Kamis (19/11).

Ke depan, lanjut dia, kegiatan pembinaan IKM melalui pendekatan OVOP akan fokus pada aspek mendorong IKM go global. Meliputi inovasi dan pengembangan produk sesuai permintaan pasar, serta re-branding IKM OVOP, sehingga akan meningkatkan akses pasar bagi produk IKM OVOP.

Sejak 2013, kata dia, Kemenperin memberikan Penghargaan OVOP kepada IKM yang memenuhi kriteria dan persyaratan sebagai IKM OVOP. Para IKM OVOP tersebut kemudian diklasifikasikan sesuai hasil penilaian yang dilakukan yang terbagi atas lima kelompok komoditas, yaitu makanan dan minuman, kain tenun, kain batik, anyaman, dan gerabah.

Pada penyelenggaraan yang terakhir, terdapat 118 IKM OVOP yang memenuhi kriteria. Terdiri dari 63 IKM komoditas makanan dan minuman, 22 IKM komoditas kain tenun, 13 IKM komoditas kain batik, 10 IKM komoditas anyaman, dan 4 IKM komoditas gerabah.

Dari seluruh IKM tersebut, terdapat empat IKM OVOP yang masuk kategori Bintang 5, yaitu PT Tama Cokelat Indonesia dari Garut dengan produk cokelat dodol pada komoditas makanan dan minuman, Tenun Antik Hj Fatimah Sayuthi dari Pandai Sikek, Kabupaten Tanah Datar dengan produk kain tenun pada komoditas kain tenun. Lalu Batik Winotosastro dari Yogyakarta dengan produk kain batik pada komoditas kain batik, serta UD Mawar Art Shop dari Kabupaten Lombok Barat dengan produk anyaman ketak pada komoditas anyaman.

Perlu diketahui, kegiatan sosialisasi atau pembinaan tersebut akan berlangsung dalam tiga sesi. Pada sesi I diselenggarakan di Yogyakarta, pada 19 November 2020 dengan peserta dari Kabupaten, Kota dan Provinsi di wilayah Pulau Sumatera dan Kalimantan. Sesi II akan diselenggarakan pada 24 November 2020 bagi Kabupaten, Kota dan Provinsi di wilayah Pulau Sumatera.

Kemudian sesi III rencananya diselenggarakan pada 27 November 2020. Ditujukan bagi Kabupaten, Kota dan Provinsi di wilayah Kepulauan Nusa Tenggara, Pulau Bali, Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Pulau Papua.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement