Kamis 19 Nov 2020 18:17 WIB

IDI Paparkan Pentingnya Penelusuran Kasus Positif Covid-19

Lurah Petamburan yang positif Covid-19 harus ditelusuri tuntas agar hindari klaster.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Ilustrasi Covid-19. Penelusuran kasus positif Covid-19 sangat penting agar kasus lain jika ada bisa terungkap.
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19. Penelusuran kasus positif Covid-19 sangat penting agar kasus lain jika ada bisa terungkap.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lurah Petamburan Setiyanto dinyatakan positif terjangkit Covid-19 berdasarkan hasil uji usap di Rumah Sakit Polri Keramat Jati. Ia padahal sempat datang di kerumunan yang digelar pimpinan FPI Habib Rizieq Shihab (HRS) di Jalan Petamburan III, Kelurahan Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) meminta segera dilakukan pelacakan kontak lurah tersebut. Alasannya, orang yang positif Covid-19 bisa menularkan virus ke orang lain namun tidak terungkap.

Baca Juga

"Orang yang terinfeksi virus bisa menularkannya hari itu juga (saat di kerumunan). Dinkes DKI Jakarta harus segera melakukan tracing untuk mencegah infeksi lebih lanjut," kata Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Slamet Budiarto saat dihubungi Republika, Kamis (19/11).

Ia menambahkan, penelusuran penting dilakukan untuk melacak pasien bertemu dengan siapa saja dan mencegah angka kesakitan. Kemudian penularan segera dicegah terjadi ke orang lain.

Setelah kontak pasien yang dilacak ternyata ada yang terinfeksi Covid-19, dia harus menjalani isolasi. Bila kalau tidak dilacak, Slamet khawatir banyak orang yang tertular virus ini namun tidak terungkap. "Dikhawatirkan bisa menjadi klaster (nikahan anak HRS)," ujarnya.

Terkait luasnya penularan, ia menyebutkan tergantung pasien menjalin kontak dengan siapa. Orang tersebut ketika berada di kerumunan maka penularannya semakin banyak, termasuk orang-orang yang ada dalam keramaian ini.

Ia menyebutkan penularan bisa terjadi dari satu orang ke orang yang lain yang tidak menjaga jarak melalui droplet. Oleh karena itu, ia meminta masyarakat menghindari kerumunan karena bisa berpotensi terjadi penularan virus.

Terkait ketika memakai masker namun tetap di kerumunan, ia menyebutkan masker tidak 100 persen melindungi. Ia menyebutkan masker bedah hanya melindungi 80 sampai 90 persen, sementara masker kain 50-60 persen. "Jadi walau sudah pakai masker atau terapkan 3M, jangan berkerumun," katanya.

Sebab, ia menyebutkan infeksi kasus Covid-19 masih fluktuatif terus naik turun. Persoalan semakin ditambah dengan obat yang spesifik untuk Covid-19 belum ada.

"Kemudian vaksin Covid-19 baru ada kurang lebih 2021. Ya sudah sambil menunggu vaksin sabar, jangan ada kerumunan," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement