Jumat 20 Nov 2020 04:30 WIB

Bahrain-Israel Mulai Sistem E-Visa untuk Perjalanan Desember

Akan ada penerbangan rutin setiap pekan antara Bahrain dan Israel.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Ani Nursalikah
Bahrain-Israel Mulai Sistem E-Visa untuk Perjalanan Desember. Bendera Bahrain.
Foto: arab news
Bahrain-Israel Mulai Sistem E-Visa untuk Perjalanan Desember. Bendera Bahrain.

REPUBLIKA.CO.ID, MANAMA -- Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif Al Zayani mengatakan, Bahrain dan Israel akan saling membuka kedutaan besar di masing-masing negara. Bahkan, Rabu kemarin kedua negara itu juga dilaporkan akan membangun sistem visa daring dan meluncurkan penerbangan rutin setiap pekannya. 

"Perdamaian hangat akan memberikan manfaat yang jelas bagi rakyat kami," ujar dia mengutip Khaleej Times, Kamis (19/11). 

Baca Juga

Wacana penerbangan rutin dan pembukaan kedutaan itu, merupakan hasil dari perluasan kerja sama dan dipromosikan oleh Washington. Berdasarkan informasi, rencana itu juga berdalih untuk mengisolasi Iran. 

Utusan Bahrain mengunjungi Yerusalem dengan dukungan AS karena telah menganggap Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Hal itu dilakukan, ketika Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai negara yang diharapkan.

Al Zayani juga mengumumkan, mulai 1 Desember, warga Bahrain dan Israel bisa mulai mengajukan permohonan visa masuk secara daring. Dia juga mengajukan permintaan untuk membuka kedutaan Bahrain di Israel dan mengatakan kedutaan besar Israel telah disetujui untuk Manama.

Delegasi Bahrain melakukan perjalanan dengan penerbangan Gulf Air GF972 - referensi ke kode negara telepon Israel - dalam penerbangan pertama maskapai itu ke Tel Aviv.  Al Zayani memperkirakan ada 14 penerbangan seperti itu setiap pekannya mulai tahun depan, serta penerbangan ke tujuan Israel yang lebih kecil, seperti Haifa dan Eilat.

Terpisah, Menteri Luar Negeri Israel Gabi Askenazi juga dilaporkan akan mengunjungi Manama bulan depan. Dia berharap upacara pembukaan kedutaan akan diadakan pada akhir 2020.

Sementara itu, berbicara di Radio Angkatan Darat, Menteri Intelijen Israel Eli Cohen mengatakan komitmennya terhadap kebijakan keras di Iran oleh Biden akan menentukan, apakah negara lain bisa memilih kesepakatan normalisasi dengan Israel atau tidak. 

Namun demikian, sebagai informasi, perjalanan Al Zayani ke Israel juga bertepatan dengan kunjungan AS ke Israel oleh Menteri Luar Negeri Mike Pompeo. AS diketahui memuji pemulihan hubungan regional yang ditengahi oleh pemerintahan Trump saat menekan sanksi terhadap Iran.

"Kesepakatan normalisasi memberi tahu aktor-aktor jahat seperti Republik Islam Iran bahwa pengaruh mereka di kawasan itu memudar dan bahwa mereka semakin terisolasi dan akan selamanya sampai mereka mengubah arah mereka," kata Pompeo bersama delegasi Bahrain dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement