REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hampir sejuta orang telah menerima vaksin Covid-19 eksperimental buatan China National Pharmaceutical Group (Sinopharm) melalui program penggunaan darurat negara tersebut, menurut perusahaan terkait, Rabu. China meluncurkan program penggunaan darurat pada Juli, yang sejauh ini mencakup tiga calon vaksin untuk pekerja esensial dan kelompok terbatas lainnya.
Penggunaan darurat digulirkan meski uji klinis untuk membuktikan keamanan dan keampuhan vaksin belum selesai. Akan tetapi, tidak ada reaksi buruk serius yang dilaporkan dari mereka yang menerima vaksin dalam program tersebut, menurut Sinopharm melalui artikel di media sosial WeChat, yang mengutip wawancara pimpinan Liu Jingzhen belum lama ini.
Dua calon vaksin yang dikembangkan oleh anak perusahaan Sinopharm China National Biotec Group (CNBG) dan satu vaksin yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech digunakan dalam program tersebut. Belum jelas vaksin mana yang dimaksud Liu.
Pihak Sinopharm belum bersedia berkomentar. Vaksin Sinopharm, yang menggunakan virus inaktif yang tidak dapat bereplikasi pada sel manusia untuk memicu respons imun, membutuhkan dua dosis, berdasarkan data registrasi uji klinis.
Vaksin eksperimental tersebut sedang menjalani uji klinis Fase 3 di luar negeri, yang melibatkan hampir 60 ribu orang. Sampel darah lebih dari 40 ribu partisipan diambil 14 hari setelah mereka menerima dosis kedua, menurut artikel tersebut mengutip Liu, tanpa membocorkan jumlah dari masing-masing vaksin.
Di antara pekerja bangunan, diplomat, dan mahasiswa yang pergi ke luar negeri usai mendapatkan vaksin Sinopharm, tak ada satupun yang terinfeksi, katanya. Namun, para ahli memperingatkan agar tidak menggunakan data tunggal dari program penggunaan darurat, tanpa hasil yang sebanding dari kelompok kontrol standar uji klinis untuk menentukan keampuhan vaksin.