REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Salah satu karantina wilayah (lockdown) paling ketat di Australia dimulai pada Kamis (19/11) di kawasan selatan dalam upaya pemerintah setempat membendung kemunculan baru wabah virus corona.
Acara-acara pertemuan di luar ruangan, pernikahan, pemakaman, juga penjualan makanan untuk dibawa pulang untuk sementara dihentikan. Gambar-gambar di media sosial menunjukkan jalanan pagi yang kosong di ibu kota Negara Bagian South Australia, Adelaide, pada hari pertama penutupan. Pada malam sebelumnya, warga berbondong-bondong ke toko swalayan untuk menumpuk persediaan.
Negara bagian itu, yang berpenduduk sekitar 1,8 juta orang, sejauh ini telah mencatat 23 kasus dari klaster. Tidak ada kasus baru pada Kamis, sementara 3.200 kontak dekat dari mereka yang terinfeksi sudah berada di karantina, kata kepala badan kesehatan masyarakat South Australia, Nicola Spurrier pada konferensi pers.
Pihak berwenang pada Rabu (18/11) menyatakan memberlakukan karantina wilayah selama enam hari untuk menghentikan penyebaran virus corona, yang digambarkan oleh kepala pemerintahan negara bagian sebagai wabah yangsangat menular. Para pejabat mengaitkan wabah tersebut dengan seorang pelancong yang kembali dari Inggris.
"Kami harus mengambil tindakan ekstrem ini, intervensi penting ini, untuk memutus rantai penyakit ini," kata Kepala Pemerintah South AustraliaSteven Marshall kepada jaringan siaran nasional ABC.
"Kita menghadapi jenis penyakit yang sulit, yang tidak menunjukkan gejala pada orang yang terinfeksi," ia menambahkan.
Ketika ditanya apakah enam hari akan cukup, Marshall berkata, "Saya diberi tahu bahwa itu akan menjadi waktu yang diperlukan untuk melumpuhkan rantai transmisi penyakit khusus ini."
Di kawasan lain, di Negara Bagian Victoria, yang merupakan pusat dari hampir 28.000 kasus Australia hingga Oktober, mencatat hari ke-20 berturut-turut tanpa kasus baru Covid-19.