REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warganet heboh membicarakan kendaraan Komando Operasi Khusus (Koopssus) TNI yang ditumpangi sejumlah pasukan elite berhenti di kawasan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (19/11). Kendaraan taktis (rantis) dan truk yang ditumpangi prajurit TNI dikawal polisi militer sengaja berhenti di gang menuju Markas Front Pembela Islam (FPI). Ketika kendaraan tersebut berhenti, sirine dibunyikan dengan keras hingga mengundang perhatian masyarakat.
Warganet pun bertanya-tanya tentang Koopssus TNI. Republika menelusuri, Koopssus TNI merupakan organisasi baru di lingkungan Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur. Koopsus TNI dibentuk melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 42 Tahun 2019 tentang Susunan Organisasi TNI.
Personel Koopsus TNI diisi oleh prajurit pilihan dari tiga matra, yaitu Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Korps Marinir, dan Korps Pasukan Khas. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto meresmikan satuan ini di Lapangan Denma Mabes TNI, Cilangkap, pada 30 Juli 2019.
Dalam peresmian itu, Hadi sekaligus melantik Brigjen Rochadi untuk menjabat Komandan Koopsus TNI pertama. Rochadi yang saat ini sudah pensiun, sebelumnya menjabat Direktur A Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI, untuk kemudian mendapat kenaikan pangkat Mayjen.
Dalam pidato peresmian Koopsus TNI, Hadi menegaskan, keberadaan lahirnya Koopsus bukan berarti menihilkan peran pasukan elite di semua matra TNI. Satuan antiteror yang dimiliki tiga matra TNI, yaitu Satuan 81 Penanggulangan Teror (Satgultor) Kopassus, Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) Korps Marinir, dan Satuan Bravo (Satbravo) Korps Paskhas.
Menurut Hadi, pembentukan Koopssus, justru ingin menyinergikan pelaksanaan tugas TNI secara gabungan, sebagaimana doktrin TNI matra terpadu, yaitu Tri Dharma Eka Karma. Secara materiil, kata dia, Koopssus sama dengan pasukan khusus di tiga matra, tetapi ditingkatkan lagi di tataran Mabes TNI.
"Secara materil sama, adalah pasukan khusus. Namun kita tingkatkan lagi di tataran Mabes TNI, karena ancamannya juga berbeda, ada ancaman dari darat, laut, maupun udara," kata Hadi kala itu.
Menghadapi spektrum ancaman yang semakin kompleks, kata Hadi, TNI harus menjadi organisasi yang adaptif yang mampu dihadapkan pada perkembangan teknologi. "Serta, perkembangan taktik dan teknik peperangan yang tidak lagi linier dan konvensional, namun juga asimetrik dan juga nonkonvensional," katanya.
Dalam pelaksanaan tugasnya menanggulangi terorisme, Hadi menegaskan, pasti berkoordinasi dengan kepolisian yang memiliki Detasemen Khusus (Densus) 88 dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). "Kami koordinasi dengan kepolisian dan BNPT sebagai penindak," katanya. Pasukan Koopsus beranggotakan inti satu kompi, sementara ditotal dengan seluruh pendukung, termasuk survillance untuk peran intelijen berjumlah 400 orang.
Secara struktural, Koopssus dibentuk dalam satu wadah Badan Pelaksana Pusat Mabes TNI memiliki jalur komando langsung di bawah Panglima TNI yang sewaktu-waktu bisa ditugaskan atas perintah presiden. Komandan Koopssus TNI Mayjen Richard Tampubolon tidak menjawab pertanyaan Republika pada Jumat (20/11), tentang pasukan Koopsus TNI yang show of force di Petamburan. Beberapa pesan yang dikirim pun hanya dibaca, namun tidak direspon.
Pangdam Jaya, Mayjen Dudung Abdurachman, menjelaskan, rantis yang berhenti di depan markas FPI, merupakan anggota dari Garnisun Tetap I/Jakarta. Dudung mengaku, ia juga berstatus Panglima Komando Garnisun Tetap I/Jakarta atau (Kogartap I/Jakarta), yang memimpin TNI tiga matra.
Karena itu, pasukan Koopsus TNI yang mendatangi Markas FPI memang sedang menjalankan tugas. "Soal tentara melewati petamburan, itu kegiatan rutin dari Garnisun. Kami kan dari Garnisun," kata Dudung di Lapangan Silang Monas, Jakarta Pusat, Jumat pagi.