REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta umat Islam memahami Alquran secara benar agar dapat menjadi sumber pedoman hidup yang optimal. Menurut Wapres, meski umat Islam diperintahkan untuk membaca Alquran sebanyak mungkin, dan membacanya merupakan ibadah meski seseorang yang membacanya itu tidak memahami artinya.
Namun, Alquran tidak boleh dibaca serampangan dan sembarangan, tetapi harus dibaca secara benar dan tartil sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid.
"Hal ini menjadi keharusan agar bacaan Al-Quran bisa selalu terjaga dan tidak mengubah makna yang sebenarnya. Meski demikian, Al-Quran itu tidak cukup hanya dibaca, tetapi juga dipahami dan diamalkan," kata Ma'ruf saat hadir dalam Penutupan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional XXVII melalui konferensi video, Jumat (21/1).
Karena itu, untuk memahami al-Quran secara benar diperlukan metodologi memahami atau menafsirkan ayat-ayat al-Quran yang telah disepakati oleh para ulama tafsir. Ia mengatakan, tidak cukup hanya dengan kemampuan bahasa Arab atau memahaminya secara harfiah saja tetapi berbagai ilmu bantu dalam memahami ayat-ayat Al-Quran.
Ma'ruf menyebut melalui metodologi itu dapat membuat umat Islam memahami ayat-ayat Al-Quran secara dinamis dan kontekstual, tetapi tetap dalam bingkai metodologi pemahaman nash yang benar. Bukan pemahaman yang statis, dan apalagi pemahaman yang radikal atau ekstrem, yang menganggap pemahaman orang lain sebagai salah atau sesat.
Terlebih di masa sekarang ini, Wapres menekankan pentingnya pemahaman Islam secara moderat untuk menghadapi situasi yang semakin kompleks, dengan metodologi penafsiran ayat Alquran yang telah disepakati oleh para ulama tafsir. Hal ini untuk mengurangi oknum muslim radikal atau ekstrem yang menolerir kekerasan.
“Pemahaman Alquran dengan metodologi tersebut telah melahirkan pemahaman Islam yang moderat (wasathiyyah), yang sebenarnya telah ditunjukkan oleh mayoritas ulama dalam sejarah Islam," kata Ma'ruf.
"Karena saat ini pemahaman Islam secara moderat ini sangat dibutuhkan, terutama karena persoalan-persoalan yang kita hadapi semakin kompleks serta adanya sekelompok kecil umat yang memahami Islam secara radikal atau ekstrem dan bahkan disertai dengan kekerasan," ujarnya.
Selain itu, ia menilai pemahaman Alquran yang benar juga berguna untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul. Sebab, di dalam Alquran juga kata Ma'ruf, telah disebutkan pentingnya untuk umat Islam mempersiapkan SDM yang unggul, salah satunya melalui penguatan akhlak (karakter).
Alquran pun menyebutkan dengan jelas mengenai keharusan umat Islam untuk memiliki akhlak yang baik.
"Baik dalam konteks hubungan dengan Allah (hablun minallah), hubungan dengan sesama manusia (hablun minannas), maupun dalam hal etika kerja keras. Etika kerja ini kadang-kadang dilupakan oleh sebagian umat," kata Ma'ruf.
Selain penguatan akhlak, lanjut Ma'ruf, keunggulan SDM juga diwujudkan melalui pendidikan dan penguasaan ilmu pengetahuan, yang banyak juga dianjurkan dalam ayat-ayat Alquran. Hal ini termaktub dalam kata iqra, berasal dari qaraa, yang artinya mengucapkan terhadap apa yang tertulis, melakukan perenungan apa yang terkandung di dalamnya, serta melakukan penelitian.
“Hal ini menunjukkan bahwa kata iqra bukan hanya sekadar perintah membaca tapi juga melakukan pendalaman, penelitian, riset dan juga inovasi. Dengan demikian hal ini juga mengandung pengertian keharusan umat Islam untuk belajar dan menguasai ilmu pengetahuan," kata Ma'ruf.
Mengakhiri sambutannya, Wapres menyebutkan, MTQ merupakan sarana untuk mendorong para generasi muda untuk meningkatkan kualitas bacaan, hafalan, dan pemahaman Alquran. Wapres berharap MTQ akan lahir generasi emas yang hatinya terikat dengan Alquran, tetapi memiliki semangat untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta terus berinovasi untuk kemaslahatan umat dan bangsa.