Sabtu 21 Nov 2020 12:32 WIB

Kisah Mualaf: Aktivis Gereja yang Memilih Islam

Vanni memutuskan memeluk agama Islam pada 2008 saat ia berusia 29 tahun.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Kisah Mualaf: Aktivis Gereja yang Memilih Islam. Mualaf/Ilustrasi
Foto: ROL/Ilustrasi Mardiah
Kisah Mualaf: Aktivis Gereja yang Memilih Islam. Mualaf/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Seorang pria asal Filipina, Vanni, memutuskan memeluk agama Islam pada 2008 saat ia berusia 29 tahun. Sebelumnya, dia merupakan pemuda aktivis gereja. 

Dilansir di Islam Web, Vanni lahir dan dibesarkan dalam keluarga Katolik. Sejak duduk di bangku SD, hampir seluruh waktunya ia habiskan di gereja. Dia memulainya sebagai pelayan altar.

Baca Juga

Ia kemudian menjadi anggota band paduan suara di masa remaja hingga menjadi pelayan gereja sebagai Pelayanan Pemuda Paroki dan pemimpin band. Vanni bercerita, dirinya merupakan anggota tingkat 3 dari Knights of Columbus dan Cursillo untuk Kristen (pernah menjadi wakil rektor di kelas junior). 

Dia pun mempunyai dua teman yang merupakan pastor Katolik. Terkadang, kata dia, kompadre-nya yang bernama Rev. Fr. Benjie kerap berdialog dengannya tentang Islam. "Tentang bagaimana Islam menghormati Yesus (Nabi Isa) dan ibunya (Maryam)," ujarnya. 

Menjadi seorang Katolik, kata dia, selalu memunculkan pertanyaan di benaknya tentang mengapa iman Gereja Katolik atau Gereja Kristen lainnya difokuskan kepada Yesus. Dia pun mempertanyakan mengapa ajaran Kristen bukan terfokus pada Yaweh yang diklaim sebagai sang pencipta. 

"Kadang-kadang, saya menanyakan hal ini kepada teman-teman saya di gereja, tetapi tidak ada jawaban dari mereka yang memuaskan saya. Sampai akhirnya, saya berhenti bertanya karena mereka mengatakan kepada saya bahwa saya memiliki keraguan tentang Tuhan atau Yesus. Tapi, tetap saja saya ragu," ungkapnya. 

Suatu waktu, ia bertemu dengan mantan drummer dan mengobrol dengannya. Sang drummer itu pun mengatakan kepadanya bahwa dia masuk Islam. Sontak saja, Vanni langsung menertawakannya dan mengatakan kepadanya dia memiliki iman yang buruk kepada Yesus. 

Sang teman itu pun hanya tersenyum kepadanya. Sekali lagi, pertanyaan tentang iman pun muncul di benaknya. 

"Mengapa pria ini (mantan pekerja sukarela gereja sejak remaja) memeluk Islam? Setelah itu, saya mulai meneliti tentang doktrin Islam. Itu menarik dan saya meminjam beberapa buklet dari teman saya," ujarnya. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement