Ahad 22 Nov 2020 01:39 WIB

Gelombang Ketiga Covid-19 di Korsel Bisa Picu Naiknya Pasien

Korea Selatan menghadapi wabah Covid-19 gelombang ketiga

Red: Nur Aini
Korsel sempat jadi berita utama di seluruh dunia karena uji corona ala drive thru. Ilustrasi.
Foto: EPA
Korsel sempat jadi berita utama di seluruh dunia karena uji corona ala drive thru. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Seorang pejabat senior Badan Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan (KDCA) memperingatkan gelombang ketiga penularan Covid-19 dapat memicu lebih banyak kasus positif daripada periode penularan sebelumnya apabila pemerintah tidak segera turun tangan mengendalikan wabah. Korea Selatan menghadapi wabah Covid-19 gelombang ketiga, Sabtu (21/11).

KDCA melaporkan 386 kasus positif Covid-19 baru dalam waktu 24 jam terakhir pada Jumat malam (20/11). Total pasien positif di Korea Selatan pun mencapai 30.403 jiwa dan 503 di antaranya meninggal dunia.

Baca Juga

Dalam empat hari berturut-turut, Korea Selatan melaporkan kasus harian di atas angka 300 dan kasus harian pada Selasa (17/11) jadi angka penularan terbesar sejak Agustus 2020.

"Kita ada di masa kritis. Jika kita gagal mengendalikan wabah, maka kita akan menghadapi penyebaran virus di seluruh daerah yang dapat melampaui kasus pada dua gelombang sebelumnya," kata pejabat senior KDCA, Lim Sook-young saat jumpa pers. Korea Selatan pernah menghadapi lonjakan kasus positif pada akhir Februari-awal Maret dan Agustus.

Lim mengatakan otoritas kesehatan setempat kemungkinan akan segera memperketat aturan pembatasan sosial. Pihaknya memprediksi kasus harian pada minggu depan akan mencapai 400 orang dan dapat melebihi angka 600 per harinya pada awal Desember jika rasio penularan saat ini tidak berkurang. Saat ini, prediksi KDCA satu pasien positif Covid-19 menularkan penyakit ke 1,5 orang.

Dalam kesempatan itu, Lim meminta anak-anak muda di Korsel tidak menghadiri acara pertemuan atau kumpul-kumpul lainnya dan segera memeriksakan diri. Pasalnya, banyak kasus baru ditemukan pada para peserta les dan mahasiswa.

Pemerintah Korsel memperketat protokol kesehatan pada Kamis (19/11) jelang ujian masuk perguruan tinggi pada 3 Desember 2020. Perdana Menteri Korsel Chung Sye-kyun pada Jumat meminta warga membatalkan seluruh pertemuan.

Namun, bar, klub malam, tempat ibadah, tetap boleh beroperasi, sementara pertandingan olahraga diizinkan tetap berlanjut, asal ada pengurangan kapasitas pengunjung dan penonton.

Korsel saat ini masih bernegosiasi demi mengamankan persediaan vaksin Covid-19 untuk 30 juta orang atau 60 persen dari total penduduknya. Rencananya, vaksin untuk 10 juta orang akan diperoleh dari fasilitas pengadaan vaksin Covid-19 dunia (COVAX Facility), kata Lim. Otoritas di Seoul melaporkan 262 kasus baru, Jumat, sementara satu hari sebelumnya jumlah pasien harian sebanyak 218 orang.

Sejumlah pejabat di badan kesehatan Korsel sebelumnya mengatakan aturan pembatasan di Seoul kemungkinan akan berlaku lebih ketat jika rata-rata kasus harian melebihi angka 200 dalam waktu satu minggu. Seoul merupakan ibu kota Korea Selatan di mana separuh dari 52 juta jiwa penduduk negara itu tinggal dan bekerja.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement