Ahad 22 Nov 2020 15:15 WIB

Sebulan tak Ada Kasus Covid-19 Baru di Australia Selatan

Warga di Australia Selatan tidak diharuskan memakai masker lagi di luar

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Christiyaningsih
 Petugas kesehatan di laboratorium pengujian COVID-19 walkthrough di Heidelberg West, Melbourne, Australia, 22 Oktober 2020.
Foto: EPA-EFE/ERIK ANDERSON
Petugas kesehatan di laboratorium pengujian COVID-19 walkthrough di Heidelberg West, Melbourne, Australia, 22 Oktober 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE - Australia pada Ahad (22/11) membuka beberapa perbatasan internal dan mengurangi pembatasan di wilayah yang terkena Covid-19. Ini karena sebagian besar negara bagian tidak mendapatkan infeksi atau kematian baru selama berminggu-minggu.

Australia Selatan, yang pekan lalu menjadi pusat infeksi negara itu, melaporkan tidak ada kasus komunitas baru dan mencabut lockdown drastis lebih awal dari yang direncanakan. Menurut Perdana Menteri negara bagian tersebut, Steven Marshall, tindakan cepat telah menghindari bencana.

Baca Juga

Jumlah kasus aktif di negara bagian itu mencapai 37 setelah wabah terkait dengan pelancong yang kembali dari Inggris memaksa 4.500 orang untuk karantina. "Kami telah menghindari situasi bencana di negara bagian kami dengan mengikuti nasihat kesehatan yang tegas," kata Perdana Menteri Steven Marshall dalam jumpa pers.

Australia Selatan merupakan negara bagian tetangga Victoria, yang selama berbulan-bulan memerangi pandemi dan di mana 90 persen dari 907 kematian terkait virus corona Australia telah dicatat. Australia Selatan akhirnya melonggarkan aturan maskernya pada Ahad. Warga tidak diharuskan memakai masker lagi di luar. Selain itu, publik juga diizinkan mengadakan pertemuan yang lebih besar.

Negara bagian yang merupakan rumah bagi sekitar 6,4 juta orang itu tidak mengalami infeksi baru selama 23 hari. Ini merupakan sebuah kemenangan yang datang setelah lockdown 111 hari yang membuat orang-orang di rumah dan sebagian besar bisnis tutup.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement