Ahad 22 Nov 2020 19:20 WIB

Saudi Cari Cara Selesaikan Perselisihan dengan Qatar

Perselisihan Saudi dan Qatar telah berlangsung tiga tahun.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Reiny Dwinanda
Bandara Internasional Hamad di Doha, Qatar. Hingga kini, Qatar masih terkucil sejak boikot Arab Saudi, Bahrain, dan Uni Emirat Arab sejak tiga tahun lalu.
Foto: REUTERS/Fadi Al-Assaad
Bandara Internasional Hamad di Doha, Qatar. Hingga kini, Qatar masih terkucil sejak boikot Arab Saudi, Bahrain, dan Uni Emirat Arab sejak tiga tahun lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud menyebut negaranya sedang mencari cara untuk menyelesaikan perselisihan dengan Qatar. Percekcokan antara kedua negara sudah berlangsung selama tiga tahun.

"Kami masih bersedia untuk menjalin hubungan dengan saudara-saudara di Qatar dan kami berharap mereka juga punya komitmen yang sama, tapi kami perlu mengatasi masalah keamanan yang sah dari empat negara dan saya pikir ada jalan menuju itu," kata Pangeran Faisal pada Sabtu (21/11), dikutip laman Aljazirah.

Baca Juga

Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bn Abdulrahman Al Thani mengatakan, tidak akan ada pemenang dalam krisis Teluk. Ia berharap perselisihan itu dapat berakhir kapan saja.

Krisis Teluk telah berlangsung sejak Juni 2017. Hal itu bermula saat Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir menuding Qatar mendukung kegiatan terorisme dan ekstremisme di kawasan. Doha dengan tegas membantah tuduhan tersebut.

Kendati telah menyanggah, Saudi, Mesir, Bahrain, dan UEA tetap memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Keempat negara itu juga memboikot dan memblokade seluruh akses ke Doha. Saudi serta sekutunya kemudian mengajukan 12 tuntutan kepada Qatar.

Tuntutan itu antara lain meminta Qatar menurunkan hubungan diplomatik dengan Iran dan menutup media Aljazirah. Doha juga diminta menutup pangkalan militer Turki di negaranya. Jika menginginkan boikot dan blokade dicabut, Qatar harus memenuhi semua tuntutan tersebut.

Hanya saja, Qatar menolak melakukannya karena menganggap semua tuntutan tak masuk akal. Akibat sikap tersebut, Qatar terkucil hingga kini.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement