Senin 23 Nov 2020 00:40 WIB

Pemimpin G20 Fokus Bantu Negara Miskin Pasca-Pandemi

Pandemi akan semakin memperdalam perpecahan global antara yang kaya dan miskin.

Rep: Fergi Nadira / Red: Agus Yulianto
Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz memimpin KTT G20 dari kota Riyadh.
Foto: Saudi Press Agency via AP
Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz memimpin KTT G20 dari kota Riyadh.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH - Para pemimpin dari 20 negara ekonomi utama dunia (G20) berjanji untuk memastikan distribusi yang adil dari vaksin Covid-19, obat-obatan, dan tes di seluruh dunia, Sabtu (21/11). G20 juga berkomitmen melakukan apapun yang diperlukan untuk mendukung negara-negara miskin pulih dari pandemi virus corona.

"Kami tidak akan menyisihkan upaya untuk memastikan akses mereka yang terjangkau dan adil bagi semua orang, sesuai dengan komitmen anggota untuk mendorong inovasi," kata para pemimpin dalam draf komunike G20.

"Kami mengakui peran imunisasi ekstensif sebagai barang publik global," ujar para pemimpin.

Krisis pandemi dan pemulihan global yang tidak merata dan tidak pasti mendominasi bahasan hari pertama KTT dua hari di bawah kepemimpinan Arab Saudi. Saudi akan menyerahkan jabatan presiden bergilir G20 ke Italia bulan depan. 

Agenda utama KTT G20 kali ini bertumpu pada pandemi Covid-19 yang telah membawa ekonomi global ke dalam resesi yang dalam tahun ini, dan upaya yang diperlukan untuk menopang pemulihan ekonomi pada tahun 2021.

"Kita harus bekerja untuk menciptakan kondisi akses yang terjangkau dan setara ke alat-alat ini untuk semua orang," kata Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz dalam pidato pembukaannya.

Para pemimpin G20 khawatir bahwa pandemi akan semakin memperdalam perpecahan global antara yang kaya dan miskin. "Kita perlu menghindari skenario dunia dua kecepatan di mana hanya yang lebih kaya yang dapat melindungi diri mereka sendiri dari virus dan memulai kembali kehidupan normal," ujar Presiden Prancis Emmanuel Macron pada KTT tersebut.

Untuk melakukan itu, Uni Eropa mendesak para pemimpin G20 segera untuk memasukkan lebih banyak uang ke dalam proyek global untuk vaksin, tes, dan terapi , yang disebut Access to COVID-19 Tools (ACT) Accelerator serta fasilitas COVAX-nya untuk mendistribusikan vaksin.

"Pada KTT G20 saya meminta 4,5 miliar dolar AS untuk diinvestasikan di ACT Accelerator pada akhir tahun 2020, untuk pengadaan & pengiriman tes Covid-19, perawatan dan vaksin di mana-mana," kata kepala Komisi Eropa Ursula von der Leyen di Twitter.

"Kita perlu menunjukkan solidaritas global," katanya menambahkan.

Sementara Jerman menyumbang lebih dari 592,62 juta dolar AS untuk upaya tersebut. Kanselir Angela Merkel mendesak negara lain untuk melakukan bagian mereka.  Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin menawarkan untuk memberikan vaksin virus korona Sputnik V Rusia ke negara lain dan mengatakan Moskow juga tengah mempersiapkan vaksin kedua dan ketiga.

Sedangkan China, tempat pandemi itu bermula setahun lalu, juga menawarkan kerja sama dalam vaksin. China memiliki lima kandidat vaksin yang ditanam sendiri yang menjalani fase uji coba terakhir.

"China bersedia memperkuat kerja sama dengan negara lain dalam penelitian dan pengembangan, produksi, dan distribusi vaksin," ujar Presiden China Xi Jinping pada KTT G20.

"Kami akan menawarkan bantuan dan dukungan kepada negara berkembang lainnya, dan bekerja keras untuk membuat vaksin menjadi barang publik yang dapat digunakan dan dibeli oleh warga dari semua negara," ujar presiden Xi.

Presiden AS Donald Trump berbicara singkat kepada para pemimpin G20 sebelum bermain golf. Dia membahas perlunya bekerja sama untuk memulihkan pertumbuhan ekonomi. Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Pers Gedung Putih Kayleigh McEnany dalam ringkasan yang dirilis Sabtu malam.

McEnany tidak menyebutkan janji AS untuk mendukung upaya distribusi vaksin global. Satu sumber Eropa mengatakan pernyataan Trump difokuskan pada pemulihan di AS sendiri yang belum pernah terjadi sebelumnya dan dorongan AS untuk mengembangkan vaksinnya sendiri.

Sementara untuk mempersiapkan wabah di masa depan, Uni Eropa mengusulkan perjanjian tentang pandemi. "Perjanjian internasional akan membantu kami merespons lebih cepat dan dengan cara yang lebih terkoordinasi" kata” Presiden Dewan Eropa Charles Michel kepada G20.

G20 juga akan mendukung rencana untuk memperpanjang pembekuan pembayaran utang oleh negara-negara termiskin hingga pertengahan 2021. Para pemimpin juga mendukung pendekatan umum untuk menangani masalah utang di luar itu.

Presiden Bank Dunia David Malpass memperingatkan G20 bahwa kegagalan memberikan keringanan hutang yang lebih permanen ke beberapa negara, dapat menyebabkan peningkatan kemiskinan dan terulangnya default yang tidak teratur pada tahun 1980-an.

G20 merupakan blok ekonomi yang menjadi wadah bagi pemerintah dan bank sentral di 19 negara dan satu kawasan yaitu Uni Eropa, untuk membangun kerja sama dan menyamakan visi demi membangun perekonomian dunia yang bebas dan terbuka. Anggota G20 saat ini terdiri dari Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Cina, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Korea Selatan, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Turki, Inggris, AS, dan Uni Eropa.

 

sumber:

https://uk.reuters.com/article/uk-g20-saudi/g20-leaders-seek-to-help-poorest-nations-in-post-covid-world-idUKKBN2810JD?il=0

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement