Ahad 22 Nov 2020 21:47 WIB

Sejauh Mana Pribadi Kita Siap Menikah? Ini Penjelasan Pakar

Kematangan kepribadian di antara kunci penting menikah

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Kematangan kepribadian di antara kunci penting menikah. Ilustrasi menikah
Foto: antarafoto
Kematangan kepribadian di antara kunci penting menikah. Ilustrasi menikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Banyak keutamaan dalam membina rumah tangga melalui pernikahan. Salah satunya bertujuan untuk membentuk keluarga yang sakinah (damai), mawaddah (bahagia), dan rahmah (kasih sayang).   

Melalui Human Webinar, hasil kerjasama Muhammadiyah Covid-19 Command Center dengan UNICEF, Muhammadiyah membahas lebih dalam mengenai pernikahan melalui persepsi psikologis. 

Baca Juga

Dalam Webinar berjudul "Before he says, i accept marrying your daughter", dr Dini Mirsanti, SpKJ mengupas hubungan antara kepribadian dengan kesiapan seseorang dalam membina rumah tangga.

Dia menjelaskan, kepribadian adalah sikap, cara, perilaku seseorang dalam merespons stimulus dalam kehidupan sehari-hari, merupakan ciri khas, dan hanya dapat diubah oleh keinginan diri sendiri. 

Adapun pembentukan kepribadian dapat dipengaruhi dua faktor, yaitu internal dan eksternal.

"Faktor internal itu seperti genetik, sedangkan eksternal bisa dari pola didik, pendidikan, nilai dan budaya, kehidupan beragama, dan trauma kehidupan. Proses pembentukan kepribadian ini biasanya berakhir pada usia 18 tahun," jelas dr Dini, Ahad (22/11).

Adapun sikap yang perlu disiapkan sebelum membina bahtera rumah tangga, kata dr Dini adalah iman, kepribadian yang matang, keterampilan berkomunikasi, etika dan tata krama dalam pergaulan, manajemen stres yang baik, dan intelektualitas.  

Dr Dini mengatakan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengidentifikasikan kematangan kepribadian seseorang jika yang bersangkutan telah mampu menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan meskipun berat, merasa puas dengan usaha dan perjuangan hidupnya.

Selain itu ada pula indikator yang lain yaitu lebih puas memberi dibanding menerima, bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan, suka tolong menolong, menerima kekecewaan sebagai pelajaran, mampu mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaikan yang kreatif dan konstruktif, dan memiliki daya kasih sayang yang besar.

"Hubungan antara citra diri dengan ketahanan keluarga sangat terikat satu sama lain. Dengan adanya citra diri yang baik seperti siap menjadi pendengar dan bekerjasama mencari solusi dari setiap masalah, maka rumah tangga dapat memiliki ketahanan yang kuat," jelasnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement