REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA — Juru bicara Presiden Turki, Ibrahim Kalin menuding NATO dan UE yang kurang aktif dalam menyelesaikan konflik Nagorno-Karabakh. Menurut dia, hingga kini UE dan NATO juga disebut belum mengajukan proposal yang jelas dan realistis untuk penyelesaian konflik Nagorno-Karabakh yang telah berlangsung selama 30 tahun.
Hal itu, kata dia, berbeda dengan upaya dari Federasi Rusia dan Turki. Utamanya, karena kedua negara telah berhasil membuat gencatan senjata di wilayah tersebut. “Dialog tahap pertama sudah selesai. Moskow telah diberitahu tentang posisi Ankara, ” ujarnya mengutip News AM, Senin (23/11).
Dia juga menginformasikan, tentang adanya kemajuan pembentukan dan pengoperasian pusat pemantauan gencatan senjata bersama dengan Rusia di Nagorno-Karabakh. Sebelumnya, pada 11 November, Presiden Erdogan menyatakan bahwa Ankara dan Moskow telah menandatangani nota tentang pembentukan pusat kendali gencatan senjata di Nagorno-Karabakh. Hal itu, menurutnya juga menegaskan jika Turki akan berpartisipasi "dalam misi menjaga perdamaian bersama".
Hal serupa juga ditegaskan oleh Juru Bicara Presiden Rusia Dmitry Peskov, beberapa waktu lalu. Menurutnya, Moskow dan Ankara akan bekerja sama di pusat pemantauan di wilayah Azerbaijan. Hal itu menjadi sindiran bagi UE dan NATO, dikarenakan menurut dia, ‘tidak ada yang disebutkan tentang pasukan penjaga perdamaian gabungan” di dalamnya.