REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Ribuan massa demonstrasi di Taipei, Taiwan, pada Ahad (22/11) menuntut pembalikan keputusan untuk mengizinkan impor daging babi AS ke Taiwan, dengan tuduhan masalah keamanan pangan. Dikutip dari AP, Pemerintahan Presiden Tsai Ing-wen mencabut larangan lama atas impor daging babi dan daging sapi AS pada bulan Agustus.
Hal itu diputuskan dalam sebuah langkah yang dipandang sebagai salah satu langkah pertama menuju kemungkinan negosiasi perjanjian perdagangan bilateral dengan AS. Pencabutan Larangan tersebut akan dimulai pada Januari 2022.
Keputusan itu mendapat tentangan sengit, baik dari pihak oposisi Kuomintang maupun perorangan warga. Kebijakan baru memungkinkan impor daging babi dengan residu ractopamine yang dapat diterima, obat yang ditambahkan ke dalam pakan ternak yang mendorong pertumbuhan daging tanpa lemak yang digunakan beberapa petani pada babi. Obat tersebut dilarang oleh Uni Eropa, tetapi legal di Amerika Serikat.
Demonstran berbaris di depan Gedung Kantor Kepresidenan sebagai bagian dari pawai buruh tahunan. “Saya datang ke sini hari ini untuk menentang impor ractopamine,” kata Kelvin Chen, seorang insinyur komputer berusia 54 tahun yang sedang berbaris.
“Saya merasa akhir-akhir ini banyak yang berbisnis tidak etis. Jika mereka mencampur daging babi AS dengan daging babi Taiwan dan kemudian menjualnya kepada kami konsumen biasa, kami sebagai individu tidak memiliki cara untuk mengetahui sumber daging babi tersebut,” ujarnya.
“Saya punya anak dan saat kami makan dengan ractopamine, itu tidak baik untuk tubuh kami,” kata Jacky Tsui, seorang pekerja pabrik berusia 37 tahun. "Saya berharap pemerintah dapat melihat bahwa kita warga menentang ini," tuturnya.