Senin 23 Nov 2020 15:14 WIB

Pentingnya Pendidikan Mitigasi Bencana Sejak Usia Dini

Sekoleh juga perlu bekerjasama dengan BNPB untuk mendidik dan antisipasi bencana

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
ACT DIY beri pelatihan mitigasi kebencanaan di sekolah.
Foto: Dok ACT DIY
ACT DIY beri pelatihan mitigasi kebencanaan di sekolah.

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Indonesia termasuk wilayah Jabar merupakan daerah yang rawan dengan bencana. Bahkan, belum lama ini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan kewasapdaan akan terjadinya gempa bumi dan tsunami di pesisir pantai selatan pulau jawa.

Namun, menurut Ketua Prodi PG-PAUD Unisba yang juga Anggota Pokja Bunda PAUD Jabar, Ehamwilda, saat ini fakta menunjukkan budaya siaga bencana belum dilaksanakan di lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD). Menurutnya, rendahnya perhatian terhadap pendidikan mitigasi bencana bisa berpangkal dari rendahnya kapasitas para guru tentang pendidikan mitigasi bencana. Serta, kurangnya kesadaran pendidikan mitigasi bencana bagi anak usia dini (AUD).  "Saat ini, keberadaan sekolah dan lingkungan yang kurang kondusif untuk keselamatan AUD menggambarkan juga rendahnya kepedulian masyarakat dan aparat pemerintah akan resiko bencana pada AUD," ujar Ehamwilda, Senin (23/11).

Ehamwilda menjelaskan, Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebenarnya telah menyusun pedoman yang dapat dijadikan sebagai acuan  satuan paud dengan menerapkan prinsip Pendidikan Kebencanaan. Di antaranya, Kurikulum Pendidikan Kebencanaan dikembangkan dengan prinsip berpusat pada anak dengan mempertimbangkan potensi, bakat, minat, perkembangan, dan kebutuhan anak termasuk kebutuhan khusus, dikembangkan dengan prinsip Kontekstual dan mencakup pada semua dimensi kompetensi dan program pengembangan dengan prinsip Holistik.

Namun, kata dia, hingga saat ini program pendidikan mitigasi bencana yang terintegrasi dengan kurikulum PAUD masih belum lazim dikembangkan. "Hasil survey terhadap guru-guru PAUD di salah satu wilayah rawan bencana menunjukkan bahwa hampir sebagian besar belum memiliki program khusus mitigasi bencana yang terintegrasi dengan kurikulum di sekolah," katanya.