REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA - Utusan khusus Organisasi Kesehatan Dunia untuk Covid-19 mengkritik tanggapan Eropa terhadap Covid-19 dan memperingatkan bahwa virus dapat memicu gelombang ketiga pada tahun depan.
"Ada kegagalan untuk membangun infrastruktur yang diperlukan di musim panas setelah gelombang pertama dapat dikendalikan. Dan sekarang ada gelombang kedua. Jika infrastruktur yang diperlukan tidak dibangun sekarang, akan ada gelombang ketiga, awal tahun depan," kata David Nabarro dalam wawancara dengan surat kabar CH Media Group dan kantor berita Swiss Keystone-SDA, Minggu.
Utusan WHO itu mengatakan Eropa perlu melihat cara negara-negara Asia menangani pandemi.
"Seseorang harus bereaksi cepat terhadap virus, dengan kuat dan tegas, terutama di awal, ketika virus masih menyebar dengan sangat lambat di komunitas yang berbeda. Jika Anda bereaksi setengah hati, masalah akan membesar dengan sangat cepat," ungkap dia.
Nabarro mengatakan bahwa terlalu sedikit pembuat keputusan politik yang memahami bahwa virus itu menyebar secara eksponensial. "Eksponensial berarti angkanya bisa naik 8 kali dalam seminggu, 40 kali dalam dua minggu, 300 kali dalam tiga minggu, lebih 1.000 kali dalam empat minggu, dan seterusnya," ujar dia.
Namun di Asia, kata Nabarro, jumlahnya relatif rendah karena masyarakat terlibat penuh, mereka mengambil perilaku yang mempersulit virus.
"Mereka menjaga jarak, memakai masker, mengisolasi saat sakit, mencuci tangan dan permukaan. Mereka melindungi kelompok yang paling terancam punah," imbuh dia.
Nabarro juga mengatakan Asia tidak melonggarkan pembatasan terlalu dini. "Anda harus menunggu sampai jumlah kasus berkurang dan tetap rendah. Reaksi Eropa tidak cukup," tambah dia.
Nabarro bertugas di Jenewa dan mengatakan bahwa dukungan untuk sejumlah orang yang terinfeksi virus di Swiss masih kurang.
"Swiss memiliki jumlah kasus yang tinggi, terutama di Swiss yang berbahasa Prancis, sehingga dibutuhkan strategi yang jauh lebih kuat dari pihak berwenang, bersama dengan penduduk," pungkas dia.