REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana Yudo Margono, menggelar pasukan beserta alat utama sistem persenjataan (alutsista) di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dia menjelaskan, gelar pasukan dilakukan salah satunya untuk menunjukkan pihaknya siap siaga menerima perintah yang salah satunya terkait penegakkan protokol kesehatan.
"Kita dalam hal ini menyiapkan kekuatan baik prajurit untuk menyongsong tentunya tugas-tugas ke depan," ungkap Yudo usai melaksanakan apel gelar pasukan TNI AL di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (23/11).
Dia menjelaskan, tugas TNI ke depan masih banyak. Tugas-tugas itu, di antaranya terkait dengan pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020, pendisiplinan protokol kesehatan Covid-19, dan keamanan kawasan. Untuk keamanan kawasan, dia menyebut, soal keamanan di perairan Laut China Selatan (LCS).
"Keamanan dalam negeri yang saya kira sudah tahu semuanyalah tidak perlu saya jelaskan satu-satu, khususnya masih dalam rangka pendisplinan Covid 19 ini, kemudian juga menghadapi pemilu nantinya," terang dia.
Menurut Yudo, pasukan yang digelar kali ini berasal dari seluruh jajaran TNI AL. Bahkan pasukan khusus TNI AL, Denjaka, juga mengikuti kegiatan ini. Khusus untuk prajurit yang bertugas di kapal perang Republik Indonesia (KRI) yang ikut gelar pasukan ini, kata dia, ada sebanyak 1.500 personel.
"Namun di seluruh jajaran juga kita siapkan sehingga mereka ikut apa-apa yang jadi kebijakan saya tadi," terang mantan Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I itu.
Prajurit-prajurit TNI AL yang disiagakan itu berasal dari Koarmada I, Komando Lintas Laut Militer, Korps Marinir, Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut, Pusat Hidro-oseanografi TNI AL, Pusat Polisi MIliter Angkatan Laut, Lantamal III Jakarta serta pasukan khusus dari Detasemen Jala Mangkara (Denjaka), Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan penerbang.
Alutsista milik TNI AL juga ikut disiagakan bersama dengan prajurit-prajurit itu. Alutsista-alutsista yang ada di Dermaga JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara, itu di antaranya sejumlah KRI jenis Multi Role Light Frigate (MRLF), Parchim, Landing Platform Dock (LPD), serta kendaraan-kendaraan tempur Marinir.
Sebelumnya, Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Marsekal Hadi Tjahjanto menekankan, pentingnya persatuan dan kesatuan demi menjaga stabilitas negara. Hadi meminta, agar masyarakat tak termakan provokasi dan ambisi yang menyebabkan hilang persatuan dan kesatuan bangsa.
"Saudara-saudara sekalian. Saya ingin menyampaikan kembali, pentingnya persatuan dan kesatuan dalam menjaga stabilitas nasional," kata Hadi di Subden Denma Mabes TNI, Jakarta Pusat, samping Istana Kepresidenan pada Sabtu (14/11) malam WIB.
Hadi menyampaikan pernyataan diidampingi Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letjen Eko Margiyono, Komandan Komando Operasis Khusus (Koopssus) TNI Mayjen Richard Tampubolon, Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) Mayjen Mohamad Hasan, Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjen (Mar) Suhartono, dan Komandan Korps Pasukan Khas (Dankorpaskhas) Marsda Eris Widodo Yuliastono.
Dikatakan Hadi, TNI tidak bisa membiarkan persatuan dan kesatuan bangsa di Indonesia hilang atau dikaburkan oleh provokasi dan ambisi yang dibungkus dengan berbagai identitas. "Seluruh prajurit TNI adalah alat utama pertahanan negara, untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia," kata mantan KSAU tersebut.
Hadi menekankan, tidak satu pun musuh yang dibiarkan, apalagi melakukan upaya berupa ancaman dan gangguan, terhadap cita-cita luhur bangsa dan negara Indonesia. "Ingat! Siapa saja yang mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa, akan berhadapan dengan TNI. Hidup TNI. Hidup rakyat. NKRI harga mati," kata Hadi disambut teriakan lima jenderal pasukan elite TNI tersebut.