REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) Ahmad Ahmad dilarang menjalani aktivitas yang berhubungan dengan sepak bola dalam lima tahun ke depan. Hukuman ini dijatuhkan FIFA, menyusul pelanggaran etik yang dilakukan Ahmad. Dalam sebuah pernyataannya, FIFA menyebutkan, Ahmad bersalah karena menawarkan dan menerima hadiah serta hal lain termasuk penyalahgunaan dana.
"Memberinya sanksi dengan larangan dari semua aktivitas yang berhubungan dengan sepak bola (administrasi, olahraga atau lainnya) di tingkat nasional dan internasional selama lima tahun," demikian bunyi pernyataan FIFA, dilansir dari Ahram, Senin (23/11).
Selain itu ia juga didenda sebesar 200 ribu franc Swiss atau setara Rp 3,1 miliar. Ahmad menolak berkomentar mengenai sanksi tersebut ketika dihubungi Reuters.
Mantan Sekretaris Jenderal CAF Amr Fahmy yang meninggal awal tahun ini dipecat Ahmad usai dia menuding Ahmad korupsi tahun lalu dalam sebuah dokumen yang dikirim ke FIFA. Dokumen tersebut dikirim pada 31 Maret 2019 oleh Fahmy ke Komite Investigasi FIFA.
Dokumen tersebut menyebutkan Ahmad memerintahkan sekretaris jenderalnya menyuap 20 ribu dolar AS kepada presiden di Asosiasi Sepak Bola Afrika, termasuk Cape Verde dan Tanzania. Dokumen tersebut juga menuduh Ahmad membebani CAF uang tambahan sebesar 830 ribu dolar AS untuk memesan sebuah peralatan melalui perusahaan Prancis bernama Tactical Steel. Namun perusahaaan mengatakan memenangkan kontrak berdasarkan prestasi.
Ahmad juga dituduh melakukan pelecehan kepada empat staf CAF perempuan yang tidak disebutkan namanya. Ia juga melanggar undang-undang untuk meningkatkan repsentasi organisasi di Maroko. Dia menghabiskan uang CAF lebih dari 400 dolar AS yang diperuntukkan biaya mobil di Mesir dan Madagaskar. Padahal kantor sudah disiapkan.
Pajabat Senior CAF yang tak ingin disebutkan namanya mengatakan Fahmy dipecat sebagai pembalasan Ahmad atas dokumen yang dikirim ke FIFA.
Ahmad kemudian diinterogasi oleh otoritas Prancis pada Juni 2019 serta badan kepolisian Prancis sebagai upaya penyelidikan tindak pidana korupsi. Pada Agustus tahun lalu, Sekretaris Jenderal FIFA Fatma Samoura ditunjuk sebagai delegasi umum untuk Afrika serta diamanatkan mengambil kendali atas sebagian besar urusan CAF.
Pada Februari tahun Price Waterhouse Cooper memeriksan pengelolaan keuangan CAF. Pembukuan keuangan CAF pun ditemukan sejumlah kejanggalan berdasarkan salinan laporan 55 halaman yang dilihat oleh Reuters.
"Catatan akuntansi CAF tidak dapat diandalkan dan tidak dapat dipercaya," kata laporan PWC.
Ditemukan potensi penyalahgunaan wewenang atas keuangan CAF. "Mengingat sifat serius dari temuan tertentu dan tanda bahaya yang diidentifikasi dari uji tuntas awal, kami tidak dapat mengesampingkan kemungkinan potensi penyimpangan,” demikian laporan tersebut.