REPUBLIKA.CO.ID, SUMEDANG--Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kabupaten Sumedang memberikan pelatihan kepada masyarakat dalam pengelolaan organis dengan model Biokonversi BSF. Tujuan pelatihan ini agar masyarakat mampu memanfaatkan sampah organik menjadi produk komersial. "Pelatihan ini akan mendorong warga dalam pengelolaan sampah sejak dari rumahnya sehingga dapat bernilai ekonomis," kata Buati Sumedang, Dony Ahmad Munir, Senin (23/11).
Bupati mengapresiasi pelatihan tersebut sebagai upaya mengolah sampah menjadi produk komersial. Dia mengatakan, pelatihan tersebut tentunya akan berdampak kepada peningkatan ekonomi warga. Dengan catatan, kata dia, warga mengelola sampah organik secara benar. "Hal seperti ini adalah salah satu ikhtiar dari pemda dalam mengelola sampah dengan baik. Apalagi dalam kebijakan strategi daerahnya, kita harus mengurangi sampah sebesar 25 persen,"ujar dia.
Pelatihan yang digelar selama dua hari, Sabtu hingga Ahad (21 hingga 22/11) di Dusun Ciburial, Desa Licin, Kecamatan Cimalaka, ini diikuti sebanyak 75 peserta mulai dari para pegiat lingkungan, Karang Taruna, Bumdes, dan pengurus TPS 3 R. Pelatihan ini menghadirkan sejumlah nara sumber terdiri dari Kepala DLHK Sumedang, Ir Yosep Suhayat, Prof Dr Ir Agus Pakpahan, MS , dan Dr Melta Rini.
Kepala Bidang PSP DLHK Sumedang, Tatang Muchidin, ST, MT selaku Ketua Panitia Pelaksana dalam laporannya mengatakan, materi yang disampaikan berupa pembudidayaan magot atau black soldier fly (BSF), yaitu lalat monster pemakan sampah organik. Ia berharap peserta pelatihan mendapat pengetahuan dan keterampilan bagaimana mengelola sampah organik dengan biokonversi magot tersebut. "Setelah mengikuti pelatihan, para peserta bisa mempraktikkan di tempatnya masing-masing," ujar dia.