REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang pengunjung pantai menemukan sesuatu saat berjalan di pantai St. Augustine. Dia berjalan-jalan setelah Badai Tropis Eta menghadang Florida Utara awal bulan ini.
Saat sedang berjalan, dia menemukan kapal karam yang berasal dari tahun 1.800-an. Menurut rilis berita dari Program Maritim Arkeologi Mercusuar St. Augustine, tim peneliti telah membantu mengidentifikasi beberapa bangkai kapal yang ditemukan di daerah tersebut.
Anggota tim telah mulai memeriksa dan mendokumentasikan temuan dengan bantuan mahasiswa di Flagler College. Mereka yakin kayu tersebut kemungkinan besar dari Caroline Eddy sebuah kapal dagang Amerika. Dugaan ini belum dikonfirmasi karena tim masih memiliki penelitian berbulan-bulan ke depan.
"Segala sesuatu yang kami lihat sejauh ini sesuai dengan hipotesis yaitu papan kayu, kayu dan pengencang besi. Mereka terlihat sangat mirip dengan kapal lain dari tahun 1800-an yang pernah kami lihat," kata Direktur Organisasi, Chuck Meide dikutip dari CNN, Senin (23/11).
Badai Eta merupakan badai ke-28 pada musim badai 2020. Badai tersebut meninggalkan jejak kerusakan yang terjadi di beberapa negara awal bulan ini.
Di St. Augustine, badai tersebut menyebabkan air pasang yang ekstrim dengan beberapa banjir pantai dan erosi pantai di Monumen Nasional Fort Matanzas. Erosi menyebabkan ditemukannya bangkai kapal yang menurut para peneliti mungkin adalah sisa-sisa Caroline Eddy.
Pada akhir Agustus 1880 Caroline Eddy meninggalkan Fernandina menuju New York dengan sebuah kapal kayu. Kapal berlayar, terkena badai dan mendarat dekat Matanzas. Awaknya selamat setelah bertahan selama dua hari satu malam.
Masa lalu maritim Florida adalah kisah Amerika sebagai pelabuhan tertua yang berasal dari pendaratan Spanyol pada tahun 1565. "Program Maritim Arkeologi Mercusuar St. Augustine berkomitmen untuk menyelamatkan sejarah maritim kami dan meneruskan cerita ini kepada generasi masa depan kami," kata Direktur Eksekutif Mercusuar dan Museum Maritim St. Augustine Kathy Fleming.
Tim peneliti terus mendokumentasikan dan mengambil sampel pengerjaan kayu dan besi. Karena tingginya biaya penggalian, puing-puing tidak akan bisa digali sepenuhnya. Untuk melestarikan situs tersebut, pemerintah kota telah mengikat area tersebut dan memasang tanda untuk memperingatkan pengunjung agar tidak mengganggu area tersebut.
Program Maritim Arkeologi Mercusuar St. Augustine sedang dalam proses mendapatkan izin dari negara untuk penghalang yang lebih permanen. Sementara dia mendorong orang untuk mengambil gambar dan mengajukan pertanyaan kepada arkeolog di lokasi, dia memperingatkan bahwa mengganggu situs itu adalah ilegal.
"Itu adalah situs arkeologi yang dilindungi. Kami tidak ingin semua orang menggalinya atau menghancurkannya. Tidak ada harta karun yang terkubur bersama kapal itu dan sesuatu yang berharga kemungkinan besar telah dilucuti pada tahun 1800-an," kata dia.