REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker lambung cenderung tak bergejala pada stadium awal. Itulah yang membuat pasien banyak yang memeriksakan diri saat stadium lanjut.
"Faktor genetik hanya berperan antara lima sampai 10 persen, selebihnya dipengaruhi diet (30-35 persen), rokok (25-30 persen), infeksi (15-20 persen), obesitas (10-20 persen), alkohol (empat sampai enam persen), dan lain-lain (10-15 persen)," jelas Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Prof Dr dr Aru Sudoyo SpPD.
Menurut Prof Aru, ada enam situasi yang perlu diwaspadai sebagai gejala kanker lambung. Situasi pertama adalah adanya nyeri abdomen, yaitu nyeri perut atau abdomen yang awalnya terasa ringan.
Nyerinya tidak hilang dengan makan. Nyeri ringan itu kerap tak terlalu dihiraukan karena kesibukan, sehingga lama kelamaan nyeri semakin berat sampai tak tertahankan.
“Gejala yang paling sering dari kanker lambung (antara 60 sampai 90 persen) mirip sakit maag,” ucap Prof Aru.
Situasi kedua adalah kesulitan menelan makanan. Ini terjadi bila tumor berlokasi di daerah kardia atas.
"Akan terjadi penyempitan, sehingga makanan terasa “tersangkut” di daerah dada, terpaksa minum air yang banyak, namun kemudian akan naik balik ke atas atau juga disebut dengan gastroesophageal reflux (GERD)," kata Prof Aru.
Situasi ketiga adalah rasa mual dan muntah pada waktu makan. Hal ini terjadi bila tumor terletak dekat dengan jalan masuk ke usus halus atau pylorus. Ketika ada hambatan dalam laluan makanan, tubuh akan mengirim sinyal ke otak bahwa makanan “harus dikembalikan ke atas”.
Situasi keempat adalah semakin merasa cepat kenyang dengan terisinya ruang lambung oleh tumor. Alhasil, semakin sedikit makanan yang masuk tubuh.
"Hal ini terjadi terutama pada kanker lambung jenis “difus”, di mana sel-sel tumor mengambil permukaan luas lambung hingga elastisitas lambung berkurang," ungkap Prof. Aru.
Situasi kelima terjadi penurunan berat badan secara drastis. Itu bisa terjadi karena sulitnya makanan turun atau karena muntah.
"Makanan dan nutrisi akan berkurang akibat susah makan," tutur Prof Aru.
Situasi keenam adalah mulai terjadi perdarahan. Ketika ada perdarahan, tumor atau kanker berarti telah menembus lapisan dalam lambung.
Bila perdarahan masih sedikit, tidak menampakkan adanya gejala. Namun, pada perdarahan besar, berakibat pada hematemesis (muntah darah) atas atau melena (tinja berwarna hitam) dengan gejala anemia.
“Dengan mewaspadai gejala kanker lambung, masyarakat diharapkan segera melakukan deteksi dini kanker agar dapat disembuhkan pada stadium awal,” kata Prof. Aru.