REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) memberikan wewenang pada pemerintah daerah untuk membuka kembali sekolah tatap muka pada Januari 2021. Menanggapi hal itu, Kepala Sekolah KB-TK IT Assalam Bekasi, Sulkhiyah, mengatakan selain protokol kesehatan diperlukan juga kejujuran dari orang tua murid terkait kondisi kesehatan terkini anak dan keluarga.
"Jadi diperlukan kejujuran. Makanya kalau pemkot mau buka sekolah tatap muka harus ada pernyataan bermaterai dari orang tua murid," kata Sulkhi, saat dihubungi Republika, Senin (23/11).
Lebih lanjut, dia menerangkan, saat memutuskan untuk membuka kembali sekolah tentu ada risiko tinggi yang mengintai. Risiko itu bukan hanya terkait penutupan kembali sekolah, tetapi juga keselamatan seluruh peserta didik.
"Semisal ada yang positif, tapi pihak keluarga tidak tahu dan melaporkan ke sekolah jadi pembelajaran tetap berlangsung namun berakibat fatal pada yang lain," ujar dia.
Adapun, dia menuturkan, apabila sudah siap maka nantinya sekolah akan dibagi menjadi dua kloter. Masing-masing kloter berisikan lima anak murid saja. Pada masa normal, kapasitas murid yang ada dalam satu kelas ada 10 anak. Begitu pun dengan durasi belajar yang akan dikurangi setengah jam.
"Maksimal lima anak, normalnya ada 10 anak dengan dua guru. New normal 5 anak dengan satu guru. Durasi belajar akan dikurangi dari yang tadinya 2,5 jam menjadi 2 jam saja," terangnya.
Di samping itu, kata Sulkhi, pihak sekolah juga akan memperketat interaksi anak-anak. Caranya, dengan betul-betul mengawasi barang yang digunakan oleh murid.
"Perlengkapan pembelajaran dipisah satu anak satu alat. Seperti alat tulis, saya kasih area, akan ada meeting juga dengan orang tua untuk sosialisasi termasuk tempat makan, minum, kita kondisikan," tutur dia.