REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Jutaan orang Amerika Serikat (AS) tampak mengabaikan protokol kesehatan dan melakukan perjalanan menjelang libur Thanksgiving pekan ini. Sikap warga itu diprediksi bisa memicu lonjakan infeksi Covid-19 yang mengkhawatirkan sebelum serangkaian vaksin baru yang menjanjikan tersedia secara luas.
Dengan infeksi COVID-19 AS mencapai rekor rata-rata 168.000 kasus baru per hari, orang Amerika berbondong-bondong ke bandara untuk merayakan libur. Bagi orang Amerika, liburan panjang akhir pekan, yang dimulai pada Kamis, secara tradisional merupakan periode perjalanan tersibuk dalam setahun.
Mengutip reuters, Selasa (24/11), American Automobile Association juga memperkirakan 45 juta hingga 50 juta orang akan pergi liburan. Semenytara, Badan Keamanan Transportasi AS melaporkan, sekitar 1 juta penumpang melewati gerbang keamanan bandara pada Ahad lalu dengan jumlah tertinggi sejak Maret.
Ini adalah kedua kalinya dalam tiga hari pemeriksaan perjalanan udara AS melampaui 1 juta. Meskipun, jumlahnya turun hampir 60% dari waktu yang sama tahun lalu.
Menurut hitungan data resmi Reuters, hingga saat ini Covid-19 sudah menewaskan lebih dari 255.000 orang Amerika. Kemudian terdapat lebih dari 12 juta terinfeksi sejak pandemi dimulai.
Bahkan, pejabat pemerintahan lokal sudah kembali menerapkan pembatasan sosial. Pejabat kesehatan meminta warga AS menahan keinginan untuk berlibur sebelum vaksin didistribusikan di AS.
Vaksin dari Pfizer Inc dan BioNTech, diharapkan sudah mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS. Sementara, vaksin kedua dari Moderna Inc akan ditinjau FDA sebelum akhir tahun.
Uji coba tahap akhir dari kedua vaksin tersebut sekitar 95 persen efektif dalam mencegah infeksi. Pembuat vaksin ketiga Inggris, AstraZeneca, juga mengumumkan kandidatnya terbukti 90 persen efektif tanpa efek samping yang serius. Sebanyak 700 juta dosis vaksin dapat tersedia secara global pada akhir kuartal pertama tahun 2021.