Selasa 24 Nov 2020 11:51 WIB

Pejabat AS: Saudi Antusias Soal Hubungan dengan Israel

AS berulangkali melobi Arab Saudi agar mau membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Israel bersekutu dengan Saudi untuk melawan Iran.
Foto: republika
Israel bersekutu dengan Saudi untuk melawan Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Asisten senior Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) untuk Urusan Politik-Militer R. Clarke Cooper mengatakan, bahwa tidak sedikit orang Arab Saudi menantikan normalisasi dengan Israel. Menurutnya, keinginan untuk memiliki hubungan normal dengan Israel ada di berbagai jenis populasi di Saudi.

Hal itu dikatakannya ketika menemani Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo ke Yerusalem dan Riyadh pada akhir pekan lalu.

Baca Juga

Menurut Cooper, kepentingan dalam mengejar normalisasi dengan Israel adalah minat banyak populasi dan konstituen di seluruh negara Arab, termasuk bisnis, teknologi tinggi, dan pertahanan."Kami telah melihat ini diekspresikan di Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain, aspek masyarakat melampaui apa yang mungkin diantisipasi pemerintah. Itu adalah tanggapan yang disambut baik, tetapi satu juga diamati di ibu kota lain," katanya dikutip laman The Jerusalem Post, Selasa (24/11).

Di Riyadh secara khusus, Cooper mengatakan hubungan dengan Israel berjalan seiring dengan "Visi 2030"nya Putra Mahkota Mohammed bin Salman, sebuah program reformasi agresif untuk 10 tahun ke depan di Arab Saudi. "Melihat masa depan dan apa yang mereka inginkan untuk anak-anak mereka, dan apa yang mereka inginkan dari Abraham Accords tidaklah eksklusif," katanya.

Cooper, seorang diplomat karir yang juga bekerja di bawah pemerintahan Obama dan Bush, menegaskan bahwa kesibukan kunjungan dari para pejabat Amerika bukanlah upaya untuk memperkuat kebijakan Trump. Sebaliknya, kata dia, posisi strategis bagi AS adalah memperkuat Abraham Accords antara Israel dan UEA dan Bahrain.

"Maksud dan keinginan Abraham Accords tidak menjadi kesepakatan statis, dibekukan, ditangguhkan hanya tanda tangan awal," katanya.

Namun, sambungya, abraham Accord memiliki jalur jangka panjang yakni membuat lebih banyak negara mengakui Israel sebagai negara berdaulat.

Tujuan jangka panjang lain juga untuk mengakui ada peluang dan timbal balik dengan Israel sebagai sebuah negara.

Cooper mengatakan, aliansi AS dan Israel ditentukan dalam beberapa dekade dan pemerintahan, bukan pada pemerintahan tertentu.

Seperti diketahui, AS tengah mempertimbangkan tidak hanya cara untuk membuat Israel lebih aman, namun juga "interoperabilitas" dengan Israel dan sekutu barunya. Salah satu elemen yang telah dikerjakan Cooper dalam pertemuannya di Israel dan UEA adalah melindungi teknologi dan informasi unik Amerika, yang dapat diakses oleh Israel, dari intelijen China dan Rusia.

UEA memiliki kemitraan strategis yang komprehensif dengan China. Cooper berharap penandatanganan Abraham Accords dan niatan membeli jet F-35 dan persenjataan lainnya dari AS, agar UEA lebih menyesuaikan diri dengan AS daripada Bejing.

"Ketika AS bekerja dengan mitra yang sekarang berusaha untuk lebih dekat dengan Israel di ruang sipil, pertahanan dan keamanan, (itu) akan membutuhkan mitra tersebut untuk lebih berhati-hati dengan keamanan teknologi," kata Cooper.

Selama ini Arab Saudi enggan mempunyai hubungan diplomatik secara resmi dengan. Saudi menganggap hubungan diplomatik adalah setali tiga uang dengan kemerdekaan Palestina.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement