REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyinggung tentang peran Turki melawan terorisme saat menyampaikan pidato di KTT G20 pada Ahad (22/11). Dia mengatakan, negaranya telah menangkap dan mendeportasi hampir 9.000 teroris asing.
Erdogan mengungkapkan, Turki adalah satu-satunya anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang memerangi ISIS di Suriah di garis depan. Ia mengklaim tujuan aksi militer di Suriah adalah menghilangkan ancaman teroris, mencegah konflik, dan memperkuat stabilitas.
"Meskipun kami dibiarkan sendiri, kami telah menangkap hampir 9.000 pejuang teroris asing dan mengirim mereka kembali ke negara mereka," kata Erdogan, dikutip laman Middle East Monitor.
Selama beberapa tahun terakhir, Turki telah berjuang mempertahankan perbatasannya agar tak disusupi atau dimasuki oleh anggota kelompok teror dari Suriah. Pada November tahun lalu, Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu mengumumkan rencana mendeportasi sekitar 1.200 anggota ISIS yang berhasil ditangkap otoritas negaranya.
Mereka hendak dipulangkan ke negara asalnya di Eropa. Turki enggan memikirkan status kewarganegaraan mereka. Memang banyak negara Eropa menolak untuk menerima kembali warganya yang telah bergabung dengan ISIS. Mereka khawatir dengan ancaman keamanan nasional yang dapat ditimbulkan oleh orang-orang tersebut.
Kendati demikian, Turki tetap memulai proses pemulangan para teroris itu ke negara asal mereka. Hal itu sudah dilakukan sejak Desember 2019. Bulan ini, otoritas Turki menangkap puluhan tersangka yang terkait dengan ISIS. Empat di antaranya dibekuk di Ankara.