Rabu 25 Nov 2020 06:46 WIB

22 Daerah Berpotensi Dilanda Bencana Hidrometeorologi

Daerah rawan banjir didominasi daerah-daerah yang terletak di sekitaran aliran sungai

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Petugas mengikuti apel kesiapsiagaan bencana hidrometeorologi di lapangan Desa Wonojoyol, Kediri, Jawa Timur
Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Petugas mengikuti apel kesiapsiagaan bencana hidrometeorologi di lapangan Desa Wonojoyol, Kediri, Jawa Timur

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan sedikitnya terdapat 22 daerah di Jatim yang rawan terjadi bencana hidrometeorologi. Daerah rawan banjir contohnya, didominasi daerah-daerah yang terletak di sekitaran aliran sungai. Seperti Sungai Bengawan Solo yang luapannya bisa membanjiri wilayah Bojonegoro, Magetan, Madiun, Lamongan, Gresik, Ngawi, dan Tuban.

Kemudian potensi banjir akibat luapan Sungai Berantas meliputi Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu), Kediri, Jombang, Mojokerto, Sidoarjo, Probolinggo, Surabaya, Bondowoso, Lumajang, Banyuwangi, dan Jember. Di Pasuruan, banjir berpotensi diakibatkan oleh luapan sungai Welang. Demikian juga di Madura, beberapa daerah biasa terdampak luapan Sungai Kemuning.

Bencana hidrometeorologi yang menurutnya harus diwaspadai adalah longsor. Bencana ini harus diwaspadai wilayah Jombang, Ponorogo, Kediri, Banyuwangi, Jember, Lumajang, Probolinggo, Pasuruan, Malang, Batu, dan Pacitan.

“Jatim menjadi salah satu provinsi yang  secara geografis serta geologis  memiliki kerentanan terhadap bencana, baik alam maupun non alam. Maka dari itu, penanganan bencana harus dilakukan dengan bersinergi dan kolaborasi antar lini, prinsipnya pendekatan pentahelix disinergikan,” ujarnya, Selasa (24/11).

Khofifah mewanti-wanti kepada pemangku kepentingan di seluruh kabupaten/ kota untuk melakukan mitigasi dan menyiapkan sejumlah skenario penanganan bencana. Hal ini penting karena jika potensi bencana alam ini tidak tertangani dengan baik, maka akan berpenharuh pada peningkatan angka kemiskinan di Jatim. Menurutnya, setiap bencana berisiko terhadap bertambahnya kemiskinan.

“Pemulihan dampak sosial dan ekonomi  karena pandemi Covid-19 sedang dilakukan recovery secara bersama- sama.  Upaya tersebut jangan sampai tersendat karena adanya potensi bencana hidrometeorologi. Ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama untuk meminimalisir dampak bencana yang dapat ditimbulkan,” kata dia.

Kasi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim Satriyo Nur Seno mengaku, pihaknya telah memetakan sejumlah daerah yang rawan bencana hidrometeorologi. Biasanya yang rawan, kata dia, Lumajang, Malang, Pacitan, Trenggalek, Pasuruan, Gresik, dan Lamongan.

"Kemudian di Bojonegoro, Tuban, Ngawi, Sampang, dan di Jember-banyuwangi sering bencana tiba-tiba," kata Satriyo.

BPBD Jatim, menurutnya, telah berkomunikasi dengan kabupaten/kota untuk menentukan titik-titik yang rawan longsor dan banjir agar lebih waspada. "Misalnya ada urutannya banjir bandang teman-teman harus melihat kedepannya, apa dicek di atas seperti apa kondisinya. Jadi kalau kondisinya sudah tidak layak maksudnya ketika hujan, masyarakat di bawahnya sudah harus waspada," ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga memastikan sejumlah daerah yang rawan bencana juga menyiapkan posko darurat untuk penanganan bencana, khususnya bencana hidrometeorologi. Langkah-langkah antisipasi menurutnya harus terus digalakkan, agar jika pun terjadi bencana, bisa terhindar dari hadirnya korban jiwa.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement